Detil kasus Sarijaya Sekuritas sampai saat ini masih belum jelas sehingga sulit untuk dikomentari apakah korbannya itu investor reksa dana, discretionary fund atau apa.

Untuk reksa dana sebenarnya reksa dana dibentuk dengan Kontrak Investasi Kolektif (KIK) sebagai badan hukumnya (legal vehicle) di mana kekayaan reksa dana adalah sepenuhnya milik investor reksa dana tsb, terpisah dari neraca manajer investasi dan disimpan oleh bank kustodian. Jadi kalau sampai terjadi sesuatu pada MI ataupun bank kustodian, kekayaan reksa dana terlindungi dari klaim kreditur. Bila anda membaca prospektus reksa dana, maka laporan keuangan yang tercantum di sana adalah laporan keuangan reksa dana tsb, bukan laporan keuangan sang MI. Jadi untuk reksa dana, MI hanya mengelola dananya, sedangkan kepemilikan tetap berada di tangan investor. Karena itulah maka ada bank kustodian yang bertugas melakukan penyimpanan (safe keeping) serta administrasi terhadap kekayaan reksa dana.
Sebelum dipasarkan, reksa dana harus melalui proses pernyataan pendaftaran di Bapepam dan memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam. Dalam perjalanannya, MI dan bank kustodian juga harus menyampaikan laporan secara berkala kepada Bapepam mengenai reksa dana yang dikelolanya.

Sama dengan reksa dana, Kontrak Pengelolaan Dana (KPD) atau discretionary fund juga merupakan kekayaan si investor; MI hanya mengelola dan bank kustodian yang menyimpan, Bedanya adalah KPD tidak dibentuk dengan KIK, melainkan biasanya hanya kontrak bilateral antara MI dan investor, serta antara investor dan bank kustodian. Jika untuk reksa dana bank kustodian ditunjuk oleh MI, maka untuk KPD biasanya investor yang menentukan bank kustodian.
Berbeda dengan reksa dana, KPD tidak melalui proses pernyataan pendaftaran di Bapepam sehingga relatif tidak terpantau seketat reksa dana.

Mengenai penyelewengan atau penggelapan uang nasabah, menurut hemat saya semua itu berujung pada masalah etika profesi. Apapun suatu profesi itu, jika tidak dijalankan berdasarkan etika dan moral, akan menjadi malpraktik. Untuk mencegah malpraktik diperlukan peranan regulator untuk menentukan rambu-rambu yang mengatur tindak-tanduk pelaku industri. Di lain pihak juga diperlukan integritas dari para pelaku industri serta kontrol (scrutiny) dari investor. Dalam hal ini edukasi investor penting karena dengan edukasi maka investor bisa lebih memahami seluk-beluk investasi dan bisa lebih kritis dalam menilai MI dan produk investasi. Saya yakin situs seperti Portal Reksadana memiliki misi mulia terutama dalam edukasi investor.