Ulasan dan Outlook Investasi Oktober 2012
Kuartal ketiga tahun 2012 baru saja kita tutup. Apa saja yang terjadi di pasar modal global dan Indonesia selama bulan September dan bagaimana kami di First State Investments Indonesia menyikapinya dalam bentuk strategi portofolio? Berikut kami sampaikan ulasannya. Pasar saham global mengalami kenaikan bulan ini ditopang pengumuman dari Bank Sentral AS (the Fed) dan Bank Sentral Eropa (European Central Bank atau ECB). Kedua pengumuman ini memicu sentimen positif di kalangan investor di berbagai belahan dunia. The Fed mengumumkan satu lagi babak stimulus yang dikenal dengan istilah QE3. The Fed akan melanjutkan pembelian surat utang perumahan sebesar $40 milyar per bulannya sampai pasar tenaga kerja membaik. Per bulan Agustus angka pengangguran AS berada di level 8,1%, turun sedikit dari posisi 8,3% Di Asia, pasar-pasar saham besar mengalami rally di bulan September meski terjadi ketegangan antara China dan Jepang akibat sengketa atas sebuah pulau. Neraca perdagangan China membaik bulan ini. Indeks saham Singapura naik 1,15% sementara Hong Kong melonjak 6,97%.
Harga minyak mentah Brent melemah 1,46% menjadi USD112,39/barrel. Angka inflasi bulanan di bulan September mengejutkan para pelaku pasar karena hanya naik 0,01% sehingga indeks harga konsumer tahunan turun menjadi 4,31% dari 4,58% di bulan Agustus. Inflasi inti tahunan juga turun dari 4,16% menjadi 4,12%. Rupiah diperdagangkan melemah di level 9590 dari 9535 setelah mencapai titik puncaknya di pertengahan bulan saat the Fed mengumumkan rencananya melakukan pelonggaran likuiditas jilid ketiga (QE3). Pasar saham dan obligasi lokal menyambut gembira langkah the Fed dengan ekspektasi akan bertambahnya aliran dana yang membeli aset-aset lokal. Akan tetapi, semakin kita mendekati akhir bulan ternyata Rupiah menjadi makin rentan akibat berlanjutnya keprihatinan akan kondisi neraca berjalan dan deficit neraca perdagangan Indonesia. Harga obligasi juga melemah ditengarai keprihatinan yang sama, di mana para pelaku pasar memilih untuk menunggu sampai keluarnya data neraca perdagangan berikutnya. Data yang kemudian keluar adalah bahwa ekspor turun 24% sementara impor turun 8% sehingga terjadi surplus neraca perdagangan sebesar USD250 juta.
Dalam rapatnya di bulan September, dewan gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan di 5,75% dan diperkirakan mereka akan mempertahankannya di rapat bulan Oktober. Rupiah melemah 0,58% menjadi 9.590/USD. Pasar obligasi lokal Indonesia sebagaimana diukur dengan HSBC Local Bond Index naik 2,3% menjadi 690 dari 674 di bulan Agustus. Premi risiko atas Indonesia sebagaimana diukur oleh credit default swap (CDS) turun: CDS 10 tahun turun dari 254 menjadi 219 sementara CDS 5 tahun turun dari 181 menjadi 149. Dari segi yield, obligasi korporasi bertenor 1 tahun dengan peringkat AA umumnya diperdagangkan di kisaran 6,1%, SPN 3 bulan ditawarkan di 4,1% sementara SPN 1 tahun di 4,6%. Mayoritas bank besar menawarkan deposito berjangka 1 bulan dengan bunga 6,25%. Investor menambah porsi kepemilikannya di obligasi pemerintah Indonesia dari Rp 233, 15 trilyun di akhir bulan Agustus menjadi Rp 240,98 trilyun di akhir bulan Agustus.
Sumber: Dirjen Pengelolaan Utang, Depkeu RI Pengumuman stimulus Fed dan ECB memicu eforia pembelian di pasar saham Indonesia bulan ini.IHSG melaju 4,98% dan ditutup di level tertingginya sebesar 4.262,561 sementara LQ 45 melambung 5,2% dan ditutup di 731,77. LQ 45 mencapai titik tertingginya di 732,869 di pertengahan bulan. Volume perdagangan harian rata-rata naik 21,6% menjadi Rp 4,5 trilyun bulan ini. Investor asing mencatat pembelian bersih senilai Rp 9,3 trilyun bulan ini. ASII merupakan saham yang paling banyak diperdagangkan di pasar domestik bulan ini. Emiten tambang logam mendapat dorongan dari QE. INCO merupakan salah satu dari 10 saham penggerak terbesar di bursa. ASII menduduki posisi teratas saham penggerak bursa seiring ekspektasi akan kenaikan penjualan musiman setelah Lebaran. Sektor konsumsi merupakan satu-satunya sektor yang membukukan kinerja negatif bulan ini menyusul aksi ambil untung di saham UNVR setelah saham ini menduduki posisi teratas saham penggerak bursa di bulan sebelumnya. Tekanan jual terhadap saham-saham di grup Bakrie berlanjut bulan ini menyusul investigasi Bumi Plc atas kejanggalan dalam keuangan BUMI. Tabel 3: Emiten penggerak IHSG selama Agustus 2012
Sumber: Bloomberg Sektor konstruksi dan properti memimpin pergerakan pasar menyusul ekspektasi bahwa gubernur Jakarta yang baru terpilih akan mempercepat belanja infrastruktur. Selain itu, pengumuman rencana ekspansi oleh berbagai perusahaan property serta naiknya angka penjualan mendapatkan tanggapan positif dari para investor. Grafik 2: Kinerja sektor-sektor IHSG selama September 2012
Sumber: Bloomberg Outlook Oktober 2012 Tiga kejadian yang menyita perhatian investor di bulan September, yaitu pertemuan bank sentral Eropa (ECB), pertemuan bank sentral AS (Fed) dan laporan Troika atas Yunani ternyata berakhir dengan hasil yang baik dalam perspektif pasar. Akan tetapi, masih ada banyak kejadian-kejadian berisiko lainnya: pemilihan presiden dan ancaman fiscal cliff di AS serta situasi di Iran. Menurut hemat kami, QE3 tidak akan memberikan berimbas besar pada pasar untuk beberapa alasan: keprihatinan akan krisis utang di zona euro kelihatannya masih belum mereda, valuasi tidaklah murah seperti pada saat QE1, dan absennya tanda-tanda yang kuat akan membaiknya fundamental makroekonomi. Pelambatan pertumbuhan ekonomi mulai menekan neraca perekonomian negara-negara Asia dan angka utang mulai naik di mana-mana. Berita baiknya adalah bahwa korporasi mulai merespon dengan mengurangi pengeluaran, menaikkan level kas dan merestrukturisasi profil jatuh tempo utang mereka. IHSG telah mencapai titik tertingginya, sehingga kami memperkirakan adanya konsolidasi setelah hasil emiten Q3 2012 diumumkan. Strategi portofolio tidak akan mengalami perubahan untuk sementara waktu ini. Untuk portofolio pendapatan tetap saat ini kami mempertahankan posisi underweight relatif terhadap tolok ukur portofolio kami yaitu HSBC Bond Index dengan pertimbangan bahwa untuk tahun 2012 potensi imbal hasil di efek pendapatan tetap/obligasi sudah terbatas. Jika pada tahun 2011 pasar obligasi Indonesia berhasil membukukan imbal hasil sebesar 17%, maka untuk tahun 2012 kami memperkirakan bahwa potensi imbal hasilnya hanya berkisar di 7-8% (setelah dipotong pajak). Dari segi komponen imbal hasil, perolehan bunga kupon akan lebih mendominasi ketimbang capital gain (perolehan laba akibat apresiasi/kenaikan harga). Implementasi strategi portofolio kami lakukan dengan menetapkan durasi portofolio lebih rendah ( underweight ) daripada durasi tolok ukur dan memanfaatkan setiap momen koreksi di pasar obligasi untuk menaikkan durasi portofolio. Untuk bulan Oktober, reksa dana pendapatan tetap kami, First State Indonesian Bond Fund, memposisikan portofolionya di durasi 5,5 tahun.
|
Comments
Re: stay invested
Saya sependapat dengan Bro DewAsmara.
Masalah yang dihadapi oleh AS - ini pekerjaan rumah terbesar bagi Obama setelah beliau terpilih lagi - adalah mengatasi ancaman jurang fiskal ("fiscal cliff") serta utangnya yang makin membengkak sehingga jauh lebih tinggi dari PDB-nya. Baru-baru ini ekonom Paul Krugman dalam kolomnya di Wall Street Journal menulis bahwa kebuntuan di DPR AS mengenai pembahasan ttg jurang fiskal ini disebabkan oleh ngototnya kubu partai Republik untuk meneruskan keringanan pajak bagi orang-orang kaya, sementara kubu partai Demokrat ingin menghapus keringanan pajak tsb sekaligus untuk menaikkan pendapatan pajak. Sikap ngotot kubu partai Republik ini ditengarai Krugman sebagai usaha pemerasan (black mail) terhadap kubu Demokrat - pokoknya kubu Republik tidak tetap ngotot ingin keringanan pajak diteruskan meskipun itu berarti menyebabkan perekonomian AS hancur. Untuk artikel lengkapnya bisa diunduh di http://www.nytimes.com/2012/11/09/opinion/krugman-lets-not-make-a-deal.h....
Zona euro masih belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan. Kabar terakhir adalah Yunani yang berjuang menggolkan program pengetatan ikat pinggang demi mendapatkan dana talangan dari troika. Tingkat pertumbuhan ekonomi zona Euro juga melemah, malah sekarang Jerman yang selama ini relatif kuat ternyata sudah mulai terkena imbasnya. Ke depannya saya melihat zona euro masih akan didera berbagai kesulitan dan seperti Bro DewAsmara kemukakan, segala daya upaya yang dilakukan para pemimpin Eropa kelihatannya hanya untuk memperpanjang nafas, sementara masalah utama yang bersifat struktural relatif belum terselesaikan dengan tuntas. Dengan demikian aliran berita kurang baik masih akan berlanjut, dan kelihatannya sudah menjadi sesuatu yang rutin.
Untuk Indonesia, seiring dengan kondisi negara-negara maju (AS, Eropa, Jepang) yang "sakit", Indonesian tentunya diuntungkan karena aliran dana asing ke pasar modal Indonesia akan terus ada. Namun tentunya pemerintah Indonesia harus arif dan bijak menentukan kerangka kebijakan perekonomiannya sehingga imbas perlambatan ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia bisa diminimalisir. Tingkat konsumsi domestik yang kuat bisa menjadi bantalan untuk meredam perlambatan ekspor kita, dan pemerintah juga sebaiknya berani mengambil kebijakan yang tegas, bukan melulu yang populis, seperti contoh kongkritnya adalah soal subsidi BBM yang memberatkan APBN dan neraca transaksi berjalan kita, sehingga ujung2nya menghantam posisi cadangan devisa kita.
Ramalan Nouriel Roubini
Yang namanya ramalan ya bisa benar, bisa juga tidak. Memang apa yang diuraikan oleh Nouriel Roubini ada benarnya, namun tidak berarti dunia kiamat. Sebagai investor kita harus waspada menghadapi volatilitas pasar yang makin tinggi ke depannya, namun tidak berarti kita terus berhenti berinvestasi.
Beberapa Masalah
Sebenarnya, tanpa melihat ramalan Nouriel Roubini, Amerika memiliki dua masalah besar:
1. Fiscal Cliff
2. Debt Limit
Apakah kenaikan pajak saat Fiscal Cliff akan terjadi dan membantu mengurangi beban debt limit, ini juga masih tanda tanya.
Dari Uni Eropa sendiri, masalah krisis akan terus bergulir, termasuk bantuan bailout yang tidak kunjung habis, sampai mungkin suatu saat ECB dan Pemerintahan Uni Eropa terpaksa harus membailout semua hutang dan melakukan write off semua hutang itu. => Tapi ini masih tanda tanya besar, practically menurut pendapat saya pribadi Uni Eropa sudah bangkrut walaupun mungkin tetap akan hidup.
Namun saya sependapat dengan Sis Mel, pasar modal akan terus hidup dan naik, terlebih menurut beberapa artikel terutama artikel dari Bpk Rudiyanto (Panin Asset Management) dan wawancara Nico Omer di acara Jurnal Ekonomi Berita Satu, nampaknya pasar Indonesia hanya akan terguncang sedikit dan akan recover dengan cepat.
Justru moment ini harus dimanfaatkan dengan menambah penyertaan apakah itu di unit reksadana, kepemilikan saham, ataupun obligasi (ORI, Sukuk, SUN).
Yang perlu diperhatikan adalah, keseriusan pemerintah memberesi kisruh para penunggang gelap di aksi demo buruh, karena jika sampai benar terjadi 10 industri (atau pabrik?) hengkang dari Indonesia, jelas akan memukul perekonomian kita.
Jadi lebih baik tetap berhati-hati, namun berinvest lah secara bijaksana dan penuh kecermatan. Sejauh ini, kondisi Ekonomi Indonesia masih yang terbaik di Asia Tenggara. Dan sampai 15 tahun lagi, pasar modal kita masih akan bertumbuh dengan cepat dan terus memecahkan rekor (dengan catatan tidak ada hal-hal di luar kewajaran).
Stay invested
Awalnya saya sempat menjadi pesimis setelah membaca artikel Roubini.
Jadi sarannya adalah Stay invested and be positive!!
Terima kasih untuk pandangan dan ulasan dari Sis Mel dan bro DewAsmara.
Nouriel Roubini: The Perfect Storm 2013
Dear mnwiria dan kawan2,
Minta pandangannya tentang ramalan Roubini mengenai krisis keuangan di 2013. Apakah kita harus waspada? Apa kiat kawan2 menghadapi 2013?
Link:
http://nourielroubini.blogspot.com/2012/07/roubini-2013-storm-may-surpas...
Thanks
APBN
Untuk uraian mengenai APBN 2012 dapat dilihat di http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/citizen%20budget.pdf
@DewAsmara: pasar obligasi
Hi Bro,
Sampai saat ini portofolio kelolaan First State masih didominasi obligasi pemerintah/SUN dengan pertimbangan likuiditas. Obligasi korporasi memang menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi dari SUN, namun mayoritas tidak likuid sehingga kita harus cermat memilih mana yang layak dimasukkan ke portofolio. Untuk sukuk juga sama, kendalanya adalah likuiditas di pasar.
Obligasi Pemerintah VS Swasta
Mbak, mau tanya comment mengenai obligasi donk.
Maksud pertimbangan likuiditas disini apa ya ? Lalu kenapa mayoritas Obli swasta tidak likuid ? Kalau saya beli obligasi untuk mendapatkan return bulanan/tetap, dan memilih obligasi swasta karena imbal hasilnya lebih tinggi dari obli pemerintah bijaksanakah ?
Jadi memang tidak maksud untuk dijual belikan di pasar secondary karena akan ditempatkan sampai akhir masa periode.
Terima kasih
Bagaimana dengan Pasar Obligasi
Bagaimana pandangan First State / Sis Mel dengan pasar obligasi saat ini, apakah Obligasi Swasta akan mendominasi ketimbang Obligasi Negara dalam struktur portfolio, dan apakah Sukuk lebih baik saat ini?
apbn
untuk apbn thn dpn, plg bsr pembiayaan pd sektor apa? tq