Investasi, Walau Mudah, tapi Banyak yang Gagal tuh..
Saat ini Investasi bukan lagi hal baru didalam kamus kauangan pribadi dan keluarga. Dahulu berbicara investasi masih berkonotasi sekedar menyisihkan uang, kemudian meningkat menjadi menyimpannya di sebuah lembaga yang memberikan hasil atas simpanan kita yaitu bank. Dan untuk saat ini lebih maju lagi karena begitu banyaknya sara investasi bagi kita termasuk Reksadana. Dalam perencanaan keuangan, investasi adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan seseorang yang ingin menjadi kaya. Seperti apa sih kaya itu sebenarnya? Nah ini akan kita bicarakan lebih detil di KDR ya, soalnya cukup kontroversial kalau kita bicarakan di web PortalReksadana. Pertanyaanya adalah kenapa sih untuk menjadi kaya kita butuh perencanaan? Sederhana, karena banyak sekali batasan yang bisa membuat kita gagal mencapainya. Misalnya secara sederhana adalah waktu. Untuk memiliki uang sebesar 1 Milyar akan menjadi susah bila kita ingin mencapainya dalam waktu 1 bulan. Tapi bila waktu pencapaian tadi menjadi 50 tahun, saya yakin dengan merem pun seseorang bisa mencapainya dengan mudah. Apalagi sih batasannya? tujuan yang tidak kita ketahui dengan detil. Seorang klien bercerita bahwa dia sudah mempersiapkan biaya pendidikan anaknya di produk t*b*ngan pendidikan sejak anaknya lahir. Atau ada juga di a*ra*si pendidikan (kadang orang merasa dengan memilih produk yang ada kata pendidikannya berarti dia sudah aman dengan biaya pendidikan si anak kelak) tanpa tahu berapa sih sebenarnya kebutuhan yang akan dia kejar. Saya tidak sama sekali mengatakan bahwa yang klien saya lakukan tadi salah. Tapi yang pasti harus saya katakana bahwa tujuannya tadi sangat mungkin tidak tercapai karena terjadi ketidak seimbangan antara hasil dan beban yang harus ditanggung untuk mencapai tujuan tadi. So apakah dengan memiliki dua produk tadi dia berhasil berinvestasi? ngga. Dia telah gagal tanpa menyadari kegagalannya. Jadi apa yang harus dilakukan untuk membuat perencanaan investasi?
So, apakah perencanaan semua ini akan di dapat di KDR? He he saya jamin dapat. Jadi di KDR kita bukan hanya sekedar tahu apa itu Reksadana, tapi kita akan membuat perencanaan keuangan untuk kita pribadi seperti financial planner membuatkan rencana itu untuk kita. -eko endarto-
|
Comments
untung&rugi berinvestasi di saham sndiri vs reksadana saham apa?
saya sedang mempertimbangkan untuk berinvestasi di reksadana saham indeks scara jangka panjang krn mnurut bbrp pakar adalah cara yg bagus utk berivestasi krn tidak bergantung pd keahlian org2 di MI yg bisa pindah kpn saja ke MI lain dan bisa juga salah menilai kapan utk masuk dan keluar. tapi aku pikir2 lagi kl mau invest reksadana indeks yg mirroring ke saham2 di indeks acuan tsb (spt JII atau LQ45) yg nb sudah diberitau ke umum, kenapa jg aku harus gaji MI-nya mending juga beli langsung saham2 tsb yg ada di daftar indeks tsb. cm satu kelemahannya disini adalah pasti butuh uang yg jauh lbh besar dibanding kl ke reksadana indeks. apa ada hal2 lain yg perlu aku pertimbangkan mengenai keuntungan dan kerugian beli saham2 yg ada di daftar indeks acuan tsb vs beli reksadana indeks lewat MI?
@newBeginning, bener sekali
@newBeginning,
bener sekali pendapat bro, memang bener kalau kita pikir kenapa juga kita harus bayar MI kalau toh saham yang digunakan acuannya juga semua udah tahu. Nah itulah salah satu alasan kenapa fee di RD index biasanya dibawah RD lainnya. So kalau ada MI minta fee tinggi utk produk ini jangan mau ya.
lo kok ngawur ya jawabnya he he. Salah satu alasan kenapa pake MI dan produk indeks adalah jumlah investasi yang bisa minimal di RD. bayangkan kalau kita pake dasar indeks adalah LQ45 aja yang paling sedikit, maka bisa kita bayangkan berapa besar jumlah dana yang harus bro siapkan.Tapi bukan berarti ngga mungkin ya bro. kalau dananya bro banyak boleh tuh jalan sendiri he he.
semoga menjawab ya. lainnya kita bahas di KDR besok semoga ikutan.
-eko-
@NewBeginning: investasi saham atau RD Indeks
hai sis, wah selamat ya, sepertinya sudah naik level nih investasinya :)
Reksadana Indeks memang termasuk salah satu instrumen yang direkomendasikan Ben Graham (gurunya Warren Buffet), dimana instrumen ini memberikan diversifikasi terbaik (tanpa perlu pusing memilih2 dan timing) dengan biaya paling murah (krn MI pasif saja).
Investasi langsung ke saham juga ada biayanya lho, ya memang sedikit lebih murah daripada RD Indeks. Fee jual saham termurah 0,25%, bandingkan dengan RD Indeks sekitar 0,3%. Repotnya kalau kita invest langsung ke saham, ya kita harus beli minimal 1 lot (500 lembar). Bayangkan kalau mau beli saham TLKM (telkom) dg harga Rp. 7.150 per lembar, brarti minimal harus punya modal Rp. 3,575jt. Bayangkan kalau harus beli minimal 45 emiten saham yg terdaftar di indeks LQ-45 :p
Oke deh ini dulu aja sumbang comment nya ya :D
menghkayal pny banyak duit
Bro autogebet tx for the view. jadi selain faktor besarnya dana yg dibutuhkan yg harus dialokasikan utk berivestasi langsung ke saham2 yg ada di terdaftar di indeks sbenernya tdk ada bedanya ya antara berinvestasi di RD indeks dan beli saham2 tsb scr langsung. Selain biaya masuk dan keluar di reksadana kan juga ada ya biaya harian yg dibebankan untuk membayar manajer investasinya. jd kl invest langsung sbnernya lebih untung sih ya.. tapi ya itu masalahnya kaga punya duit banyak ya kl harus membeli semua saham yg ada terdaftar di indeks. #lagi mengkhayal punya duit yg cukup byk untuk itu :)
Defenisi kaya ala Passion4U ...
Defenisi kaya itu menjadi relative ya hehehe ...
Ane mo sharing pendapat aja ... yang nanti kita bisa elaborasi saat KDR ... Kalo menurut ane Kaya itu adalah "kondisi dimana seseorang dalam kondisi net asset, sudah memiliki antisipasi terhadap future needs dan minimal memiliki penghasilan (lebih baik yg pasif) minimal 3 x dari pengeluaran per bulannya."
Merefer pada kiyosaki (ane penganut kiyosaki lho hehehe ...)
Yang disebut asset adalah segala sesuatu yang menghasilkan ...
Yang disebut liability adalah segala sesuatu yang menyebabkan pengeluaran ...
So dengan kategori tersebut misalnya saja "mobil" termasuk dalam kategori liability ... bukan asset, kecuali kalo mobilnya disewain hehehe ...
Defenisi ane ini biasanya berbeda dengan defenisi dari para financial planner hehehe ... tapi nggak papa toch, semakin konservatif khan semakin bagus, peace bro eko & sis rdl hehehe ...
So PRE REQUISITE kaya adalah seseorang lebih punya banyak asset dibandingkan liabilitynya (lihat defenisi asset dan liability diatas) ...
Syarat kedua adalah, orang tersebut telah memiliki alokasi investasi secara rutin untuk mengantisipasi seluruh future requirement (pendidikan anak, rumah, pensiun, etc)
Syarat ketiga adalah orang tersebut memiliki penghasilan (bisa dari nyewain rumah, nyewain mobil, bisnis, bunga/return investasi, etc) sebesar minimal 3 x dari jumlah pengeluarannya. So misalnya pengeluaran kita per bulan adalah 10 juta minimal kita memiliki penghasilan (sangat dianjurkan passive income) sebesar minimal 30 juta per bulan. Dengan memiliki penghasilan 3 x pengeluran per bulan, diharapkan orang tersebut tidak kesulitan menutupi pengeluaran per bulan, mengalokasikan dana untuk future requirement dan bisa melipatgandakan kekayaanya secara exponential.
Defenisi kaya ala Passion4U emang buat kebanyakan orang dipandang "sadis" ... tapi percaya dech kalo memenuhi kriteria tersebut kita pasti makmur. Dan kaya itu bukan sesuatu yang nggak bisa dicapai kok ... kaya itu sebenarnya gampang dan dapat diraih semua orang ...
Ane terus terang saat ini belum masuk kategori kaya ... net asset sich sudah, alokasi tiap bulan untuk future requirement juga sudah ... tapi yang lagi dikejar adalah 3x Passive Incomenya ... saat ini income ane masih didominasi oleh Active Income belon Passive Income ... Target ane minimal 5 tahun ke depan Passive Income sudah harus mengalahkan Active Income ... semoga ...
Kekuatan iklan memang mengalahkan nalar...
bro Eko, terima kasih ya untuk insight nya, saya akhirnya jadi punya justifikasi yang kuat untuk meyakinkan kawan2 saya yang sudah kena jebakan t*b*ngan pendidikan.
Sebenarnya nyata2 diuraikan dalam brosur, bahwa produk t*b*ngan pendidikan mendapat return 0,5% diatas produk tabungan perbankan, so praktis return tidak beda jauh dengan tabungan biasa. Tapi visualisasi masa depan dalam iklan produk t*b*ngan pendidikan yang begitu menggugah membuat produk ini laris manis, tanpa menyadari bahwa utk mencapai tujuan keuangan membutuhkan instrumen dengan return yang sesuai.
Sedikit OOT diluar investasi reksadana, saya juga sebenarnya punya pertanyaan sejenis ttg investasi tanah. Di KDR kmrn kan diungkap kl investasi properti (tanah jg masuk disini ya, terutama tanah kosongan aja tdk produktif) secara average menghasilkan return 10-20%. Artinya, kalau banyak orang suka dengan investasi tanah yang menghasilkan return biasa aja (padahal tidak likuid), maka seharusnya secara nalar investasi reksadana tidak kalah atraktif. Mungkin bedanya kalau sertifikat tanah bisa dijadikan agunan ya hehe.. ya ini kita bahas kalau ketemu di KDR besok aja ya :p