Dalam pengelolaan portofolio, seringkali terdengar istilah strategic asset allocation dan tactical asset allocation. Apakah arti kedua istilah tersebut? Apakah perbedaan antara keduanya? Dalam artikel ini penulis mencoba menjelaskan mengenai alokasi asset, kemudian tentang strategic dan tactical asset allocation.

Apakah Alokasi Aset (Asset Allocation) itu?

Alokasi aset adalah suatu strategi investasi yang bertujuan menyeimbangkan risiko dan imbal hasil dengan membagi-bagi porsi investasi pada suatu portofolio menurut tujuan investasi, toleransi risiko dan horison investasi.

Ketiga asset class utama – saham, efek pendapatan tetap/obligasi dan kas/setara kas memiliki tingkat risiko dan imbal hasil yang berbeda satu sama lain, sehingga masing-masing pun memiliki perilaku yang berbeda. Tidak ada rumus sederhana yang dapat menentukan aset alokasi yang tepat bagi setiap investor. Akan tetapi, konsensus di antara para pakar investasi menyatakan bahwa aset alokasi merupakan keputusan terpenting yang harus diambil investor. Dengan kata lain, pilihan terhadap masing-masing instrumen investasi kalah penting dibandingkan dengan bagaimana investor mengalokasikan investasinya di saham, obligasi dan kas/setara kas, karena alokasi aset inilah yang merupakan faktor utama dalam penentuan hasil investasi.

Strategic Asset Allocation

Strategic asset allocation adalah metode alokasi asset yang berpedoman pada pembentukan "base policy mix" atau komposisi dasar portofolio. Base policy mix ini merupakan kombinasi berbagai asset secara proporsional berdasarkan tingkat imbal hasil yang diharapkan (expected return). Contohnya, jika saham secara historis memberikan imbal hasil sebesar 20% per tahun sedangkan obligasi memberikan imbal hasil 10% per tahun, maka portofolio dengan komposisi 50% saham dan 50% obligasi dapat diharapkan memberikan imbal hasil (expected return) per tahun sebesar 50% x 20% + 50% x 10% = 15%.

Strategic asset allocation merupakan strategi portofolio yang melibatkan rebalancing portofolio untuk menjaga tujuan jangka panjang untuk alokasi aset. Pada saat portofolio dibentuk, ditentukan suatu “base policy mix” berdasarkan tingkat imbal hasil yang diharapkan (expected returns). Karena nilai suatu asset bisa berubah dari waktu ke waktu akibat perubahan kondisi pasar, maka komposisi portofolio pun harus disesuaikan secara berkesinambungan untuk memenuhi strategi investasi.

Tactical Asset Allocation

Tactical Asset Allocation (TAA) adalah strategi pengelolaan portofolio secara aktif yang melibatkan rebalancing sebagian asset di berbagai asset class demi mengambil kesempatan yang ditimbulkan oleh anomali pasar atau suatu sektor yang sedang menonjol kinerjanya.

Strategi ini memungkinkan manajer investasi untuk menghasilkan nilai tambah dengan mengambil kesempatan yang timbul akibat kondisi-kondisi tertentu di pasar. Strategi ini tergolong strategi yang lumayan aktif karena manajer investasi akan mengembalikan komposisi portofolio ke komposisi sebagaimana ditetapkan dalam strategic asset allocation begitu keuntungan jangka pendek telah diperoleh.

Hubungan antara Strategic Asset Allocation dan Tactical Asset Allocation

Dalam jangka panjang, strategic asset allocation mungkin terlihat relatif kaku. Karena itu investor mungkin memandang perlu untuk melakukan deviasi jangka pendek secara taktis dari komposisi portofolio dasar untuk mengambil keuntungan dari peluang investasi yang tidak biasa atau langka. Fleksibilitas ini dimungkinkan dengan memasukkan unsur market timing ke dalam pengelolaan portofolio, sehingga memungkinkan investor untuk berpartisipasi dalam kondisi-kondisi ekonomi yang menguntungkan (favorable) bagi suatu asset class tertentu relatif terhadap asset class lainnya.

Tactical asset allocation dapat dianggap sebagai strategi yang lumayan aktif (moderately active strategy), karena komposisi portofolio akan dikembalikan ke posisi dasar begitu keuntungan jangka pendek (short-term profits) yang diharapkan telah tercapai. Keberhasilan menerapkan strategi ini memerlukan disiplin, mengingat investor harus mampu memperkirakan kapan peluang-peluang jangka pendek (short-term opportunities) telah kadaluwarsa sehingga kemudian harus melakukan rebalancing untuk mengembalikan komposisi portofolio ke posisi jangka panjang yang telah ditetapkan melalui proses strategic asset allocation.

Bagaimana praktiknya?
Dalam pengelolaan portofolio, manajer investasi biasanya melakukan strategic maupun tactical asset allocation. Seperti telah diungkapkan di atas, strategic asset allocation merupakan langkah awal dan kunci dalam menetapkan alokasi asset dasar karena penentuan komposisi ini berorientasi jangka panjang dan bertujuan untuk menentukan expected return. Strategic asset allocation berpedoman pada faktor fundamental, seperti kondisi makroekonomi, suku bunga, PE, dan lain-lain. Karena analisanya bersifat fundamental dan berorientasi jangka panjang, maka strategic asset allocation biasanya mencermikan house view atau pandangan manajer investasi terhadap kondisi pasar ke depan, misalnya bullish di saham.

Sebagai contoh, misalkan berdasarkan analisa fundamental maka strategic asset allocation menghasilkan portofolio campuran (balanced fund) dengan komposisi dasar (base policy mix) sebagai berikut:

• pasar uang 10%
• obligasi 30%
• saham 60%

Dari waktu ke waktu dan selama tidak ada perubahan terhadap faktor-faktor fundamental, manajer investasi akan terus melakukan rebalancing untuk mempertahankan komposisi tersebut.

Namun kadang kala ada saat di mana manajer investasi melihat adanya peluang yang langka atau tidak biasa di pasar di mana peluang tersebut memungkinkan manajer investasi untuk mendapatkan keuntungan tambahan. Dalam hal ini manajer investasi kemudian dapat melakukan tactical asset allocation dengan mengubah komposisi portofolio untuk sementara waktu demi memanfaatkan peluang investasi yang ada. Sebagai contoh, mengacu pada komposisi balanced fund di atas, tampak bahwa manajer investasi memiliki pandangan yang bullish di saham karena saham memiliki bobot tertinggi di portofolio. Namun misalkan indeks harga saham naik lebih cepat dari perkiraan akibat euforia pasar, maka target indeks yang telah diperkirakan oleh manajer investasi menjadi telah tercapai atau bahkan terlampaui lebih cepat dari perkiraan. Dalam kondisi seperti ini, manajer investasi dapat mengurangi bobot saham di portofolio menjadi misalnya 55% untuk melakukan aksi ambil untung (profit taking). Kemudian begitu terjadi koreksi pasar maka manajer investasi akan membeli saham lagi dan mengembalikan bobot saham ke 60%.

Dalam praktiknya, biasanya perubahan bobot dalam tactical asset allocation dilakukan dalam rentang tidak besar (maksimum +/- 5%) karena hanya bersifat jangka pendek. Perubahan secara drastis biasanya mencerminkan perubahan terhadap fundamental asset yang bersangkutan sehingga berpengaruh terhadap strategic asset allocation. Jika memang ada perubahan fundamental, maka ada kemungkinan strategic asset allocation kemudian harus dikaji ulang dan disesuaikan untuk menyikapi perubahan fundamental tersebut.