Seri Bubble dan Crash Bursa Saham 4: Great Depression of 1929
Mungkin inilah crash terburuk dalam sejarah Amerika Serikat. Crash ini telah memicu terjadinya depresi yang berkepanjangan. Terdapat tiga istilah yang mewakili dimulainya crash ini, yaitu Black Thursday, Black Monday, dan Black Tuesday. Black Thursday mengacu pada hari Kamis tanggal 24 Oktober 1929 di mana Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun sebesar 2.09%. Pada hari itu, jumlah saham yang diperdagangkan mencapai 12.9 juta lembar, tiga kali lipat dari kondisi normal. Black Monday mengacu pada hari Senin tanggal 28 Oktober 1929 di mana DJIA mengalami penurunan tajam sebesar 13.47% dalam sehari (dari penutupun hari Jumat di 301.22 ke 260.64 pada penutupan perdagangan hari Senin). Black Tuesday mengacu pada tanggal 29 Oktober di mana DJIA turun tajam sebesar 11.73% dengan volume yang sangat besar. Pada hari itu, jumlah saham yang diperdagangkan mencapai 16.4 juta lembar. Rekor jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada hari itu tidak terpecahkan sampai dengan 40 tahun kemudian pada tahun 1968. DJIA terus merosot sampai ke titik nadirnya pada tanggal 8 Juli 1932 di 41.22. Penurunan dari titik tertinggi ke titik terendah adalah sekitar 89%. Level tertinggi DJIA di 386.1 yang dicapai pada tanggal 3 September 1929 tidak terlampaui sampai dengan tahun 1954.
Era Sebelum Depresi: The Roaring 20’s Sebelum terjadinya depresi besar, selama tahun 20-an orang-orang hidup berkecukupan dan masa depan terasa cerah. Horor perang dunia I telah berlalu dan hari-hari yang bahagia menanti di depan. Amerika Serikat mulai mengembangkan industri manufakturnya. Efeknya, pola konsumsi yang berlebihan telah secara permanen mengubah wajah budaya negara itu. Produksi barang-barang mewah meningkat. Kulkas, telepon, mobil- semua barang yang diinginkan oleh orang kebanyakan seringkali dibeli secara kredit. Pada saat itu, pembelian secara kredit merupakan konsep baru. Sebelumnya rakyat AS lebih memilih membeli barang secara tunai. Pada akhir era 20-an, terjadi speculative boom. Ratusan ribu orang menanamkan uangnya di bursa saham secara agresif. Kenaikan saham secara terus menerus pada dekade tersebut menyebabkan para investor menjadi percaya bahwa saham adalah jaminan yang pasti bagi masa depan keluarga mereka. Perusahaan pialang secara rutin meminjamkan uang kepada para investor sampai dengan 2/3 dari nilai investasi mereka untuk transaksi margin. Besar total pinjaman yang diberikan pada saat itu mencapai $8.5 miliar, lebih besar daripada jumlah uang yang beredar di AS. Spekulasi ini menyebabkan semakin banyak orang yang terjun ke bursa saham dan semakin memperbesar gelembung yang terjadi.
Dampak Sosial dari Depresi Pecahnya bubble yang menandai berakhirnya masa kemakmuran era 20-an memberikan konsekuensi yang sangat berat bagi rakyat AS. Crash ini tidak hanya membawa korban dari kalangan investor di bursa saham namun juga masyarakat AS pada umumnya. Saat depresi dimulai, sedikitnya jumlah pekerjaan yang tersedia serta sedikitnya jumlah uang yang dimiliki menjadi permasalahan yang menyebar ke seluruh pelosok negeri. Ribuan keluarga kehilangan rumahnya dan bergantung pada kebaikan hati sanak keluarga mereka yang lain.
Perubahan sosial yang terjadi sangat besar dan berlangsung sangat lama. Salah satu dampaknya adalah perubahan struktur keluarga peranan masing-masing anggota keluarga. Pandangan tradisional bahwa hanya laki-laki yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga menjadi berubah karena sangat sulit untuk mencari lapangan perkerjaan. Istri dan anak-anaknya terpaksa bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Perubahan peran ini menyebabkan kerusakan keluarga sehingga mereka menjadi bingung dan frustasi. Keluarga seringkali terpaksa terpisah. Anak-anak dititipkan ke sanak famili sedangkan ayah dan ibunya bekerja mencari nafkah. Presiden AS pada saat itu, Herbert Hoover dianggap tidak mampu untuk menyelesaikan permasalahan ini.
The New Deal Pada tahun 1932, Theodore Roosevelt terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat. Dia mengeluarkan paket kebijakan dan undang-undang yang dikenal dengan “The New Deal”. Program-programnya yang terkenal antara lain adalah Works Progress Administration (WPA) yang memberikan ribuan orang pekerjaan serta Civilian Conservation Corps (CCC) yang memberikan ribuan pekerjaan kepada para pemuda untuk membangun jalan raya, bendungan, dan menanam pepohonan. Program Tennessee Valley Authority (TVA) juga memberikan ribuan lapangan pekerjaan untuk membangun bendungan dan memberikan penerangan listrik untuk daerah tersebut. Secara keseluruhan, program yang dilaksanakan telah memberikan pekerjaan kepada jutaan orang dan berhasil mendirikan infrastruktur dan bangunan publik yang diperlukan. Depresi besar ini baru berakhir pada tahun 1941 saat dimulainya perang dunia II. Hasil produksi pabrik-pabrik dan produksi pertanian meningkat pesat karena digunakan untuk mensuplai bala tentaranya yang sedang berperang. Suatu hal yang ironis, perang dunia II telah memberikan jutaan lapangan pekerjaan dan membebaskan rakyat AS dari cengkeraman depresi. Artikel selanjutnya dari seri ini adalah Krisis Minyak 1973. This article is also posted at:
|
Comments
teori perang : perang akan
teori perang : perang akan memacu ekonomi / pertumbuhan.
ironis sekali ya? makanya, Bush mati"an menjaga konflik agar ekonomi US tetap tumbuh..
Si vis pacem, para bellum.
Dalam banyak hal, mesti ironis, pepatah Latin di atas ada benarnya juga. Jika ingin damai, bersiaplah untuk perang.
Maaf OOT.