Alokasi Aset Strategis
Volatilitas pasar yang tinggi dan kondisi ekonomi yang masih belum menentu sampai saat ini telah menambah urgensi bagi investor untuk berpikir keras mengenai langkah-langkah apa yang perlu dilakukan terhadap investasinya. Bukan hal yang mudah memang, apalagi mengingat begitu cepat dan makin tak terduganya arah pergerakan pasar, namun sebenarnya sebelum investor menentukan langkah yang harus diambil, sebenarnya investor harus merumuskan dulu alokasi aset strategisnya karena dengan alokasi aset strategis inilah investor mempunyai dasar untuk pengambilan keputusan investasi. Dalam kesempatan ini penulis mencoba memberikan ulasan mengenai apakah alokasi aset strategis itu serta memberikan ilustrasi mengenai bagaimana aset alokasi strategis bisa membantu investor mencapai pertumbuhan investasi yang optimal. Investasi memerlukan proses, tidak bisa dicapai serta merta begitu saja, oleh karena itu investor perlu menghindari jalan pintas untuk memperoleh keuntungan besar dalam jangka waktu singkat. Untuk bisa melakukan proses investasi dengan baik, investor memerlukan ilmu, kesabaran serta disiplin. Investor juga perlu memahami bahwa setiap investasi memiliki dua sisi: imbal hasil dan risiko, di mana keduanya memiliki korelasi positif: potensi imbal hasil yang tinggi selalu diikuti dengan risiko yang tinggi pula. Namun risiko bukanlah hal yang harus dihindari, melainkan harus dikelola. Ini berarti investor harus mengambil tingkat risiko tertentu dalam investasinya sesuai dengan profil risikonya. Karena itu, proses investasi merupakan bagian dari strategi mengelola risiko. Berikut adalah tahapan-tahapan proses investasi: Alokasi aset strategis adalah pengalokasian porsi aset sesuai dengan horison investasinya. Perumusan ini dilakukan sesuai dengan tujuan dan batasan investasi investor, serta dengan mempertimbangkan profil resikonya. Mengapa alokasi aset strategis penting? Selain untuk memenuhi tujuan investasi sesuai dengan jangka waktunya serta menjaga likuiditas, alokasi aset strategis juga penting untuk diversifikasi (penyebaran risiko, yaitu dengan berinvestasi di beberapa instrumen investasi sehingga risiko investasinya bisa disebar). Grafik dan tabel berikut memperlihatkan perbandingan kinerja pasar modal dibandingkan dengan tingkat inflasi selama 10 tahun terakhir di Indonesia: Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jika investor menginvestasikan seluruh kekayaannya di SBI 1 bulan selama 10 tahun berturut-turut, maka imbal hasil yang didapat adalah 10.88% per tahunnya. Sedangkan jika ia menginvestasikan seluruhnya di saham, maka imbal hasilnya berkisar sekitar 21% per tahunnya. Sedangkan inflasi selama 10 tahun terakhir, jika diambil rata-rata geometrikanya, adalah sebesar 13.83%. Ini berarti bahwa jika investor hanya berinvestasi di SBI saja (atau secara lebih luas di instrument pasar uang), maka imbal hasil per tahunnya kemungkinan besar tidak bisa mengalahkan inflasi sehingga mengakibatkan ia kemudian sulit untuk mempertahankan gaya hidupnya karena kekayaannya semakin tergerus oleh inflasi. Dengan mengkombinasikan berbagai instrument dengan porsi tertentu maka diharapkan investor dapat memperoleh imbal hasil total yang cukup tinggi sehingga bisa mengalahkan inflasi. Mari sekarang kita lihat berapa imbal hasil yang didapat investor jika selama periode 1998-2007 ia menginvestasikan 60% kekayaannya di instrumen pasar uang (deposito atau SBI), dan 40% di saham. Grafik dan tabel berikut mengilustrasikan imbal hasil serta porsi masing-masing instrumen per tahun:
Dari tabel di atas terlihat bahwa dengan melakukan alokasi aset sebesar 60% di SBI/deposito dan 40% di saham pada saat awal investasi, ternyata investor bisa meraih imbal hasil total sebesar 16.02% per tahun selama periode 1998-2007 – lebih tinggi dari tingkat inflasi sebesar 13.83% per tahunnya. Nah, kalau ilustrasi di atas menunjukkan kinerja portofolio tanpa rebalancing (hanya menetapkan porsi aset di awal investasi dan membiarkannya naik-turun seiring dengan perkembangan pasar), coba sekarang kita lihat bagaimana kinerja portofolio jika investor melakukan rebalancing, yaitu dengan mengembalikan porsi di pasar uang menjadi 60% dan di saham sebesar 40% pada setiap awal tahun:
Perkembangan porsi aset pada awal dan akhir tahun adalah sebagai berikut: Yang menarik, ternyata disiplin mengembalikan alokasi pasar uang-saham ke level 60-40 (rebalancing) menghasilkan imbal hasil total yang lebih tinggi daripada imbal hasil dari investasi tanpa rebalancing! :) Ada hal penting yang perlu disimak investor mengenai proses rebalancing: yaitu bahwa rebalancing memungkinkan investor merealisasikan keuntungan di aset yang mengalami kenaikan dan memasukkan keuntungan itu ke aset lainnya dalam portofolio. Jadi misalnya pasar saham naik pesat sehingga porsi saham di portofolio investor menjadi 65% (sedangkan pasar uang menjadi 35%) maka investor akan menjual sebagian saham (yang berarti melakukan profit-taking) untuk mengembalikan porsi saham di portofolionya ke level 60% dan memasukkan capital gain dari saham ke pasar uang sehingga porsi pasar uang di portofolionya kembali ke 40%. Sebaliknya jika pasar saham turun sehingga porsi saham di portofolio turun menjadi 25% (sedangkan porsi pasar uang naik menjadi 75%), maka investor bisa mengalokasikan sebagian porsi di pasar uangnya untuk membeli saham sehingga mengembalikan porsi saham ke 40% dan pasar uang ke 60%. Dengan demikian, investor pun konsisten membeli di saat pasar sedang turun dan menjual saat pasar naik (buy low, sell high). Selain itu, dengan secara konsisten dan disiplin mengembalikan alokasi 60-40 setiap tahun, investor juga mengelola risiko investasinya agar selalu sesuai dengan profil risikonya. Dengan demikian, investor tidak perlu menanggung risiko yang lebih tinggi dari tingkat risiko yang bisa ditolerirnya setelah pasar mengalami kenaikan, sementara saat pasar turun investor bisa memanfaatkan peluang meraih imbal hasil karena penurunan pasar memberikan ruang bagi investor untuk menambah investasi. Jadi kesimpulannya disiplin dalam alokasi aset penting bagi investor untuk mencapai tujuan investasinya sekaligus menjaga agar tingkat risikonya terjaga.
|
Comments
Terimakasih
Terimakasih atas info dan artikel2nya yang menarik, yg bisa menambah pengetahuan dan wawasan saya dalam berinvestasi di reksadana. Semoga mba Mel dapat terus sharing pengalaman dan pengetahuan untuk kita semua. Ditunggu terus mba artikel2nya..... wija
terima kasih kembali
Hallo,
Terima kasih atas tanggapannya. Ya, semoga saya bisa terus berbagi pengalaman dan pengetahuan di portal ini. Saya juga masih banyak belajar lho, jadi mohon masukannya senantiasa supaya saya bisa terus memperbaiki diri.
Sekali lagi terima kasih dan mohon dukungannya ya.
Mel :)
Mengenai switching cost
Sis, dari ilustrasi mengenai rebalancing portfolio, perbedaan annualized return antara no rebalancing dengan rebalancing sekitar 0.53%.
Pertanyaannya: Saat ini switching fee sekitar 0.5%(kalau diijinkan oleh MI berdasarkan prospektus). Jika tidak bisa direct switching, kita harus redeem dulu dengan fee 0-0.5% dan kemudia subscribe lagi dengan fee sekitar katakanlah 1%. Apakah manfaat selisih return karena rebalancing sepadan dengan switching fee dan yang dikeluarkan dan effortnya?
Kalau buat saya, fungsi terpenting dari rebalancing adalah kontrol risiko dan menjaga tingkat likuiditas. Likuiditas deposito dan RDS dalam masa2 sulit tentunya sangat berbeda. Seandainya rebalancing memberikan return yang lebih besar untuk saya hal tersebut hanyalah bonus, bukan tujuan utama.
Just my 2 cents.
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
fungsi rebalancing
Ya, benar sekali. Fungsi terpenting dari rebalancing adalah kontrol resiko dan menjaga tingkat likuiditas.
Kalau dilihat dari ilustrasi yang saya tampilkan memang kelihatannya perbedaan imbal hasilnya marjinal ya. Tapi mungkin ini karena rasio TD/sahamnya 40-60; terus terang saya belum sempat membuat sensitivity analysis untuk melihat seberapa besar perbedaannya jika kita mengubah rasio antara kedua instrumen tsb. Nanti kalau pas ada waktu akan saya coba buat dan saya post hasilnya.
Mel :)
Mengenai simulasi rebalancing
Beberapa waktu yang lalu saya pernah menulis artikel mengenai rebalancing ini. Kebetulan waktu itu saya juga upload file excel (menggunakan script makro) simulasi sensitivitas komposisi portfolio untuk rebalancing terhadap returnnya. Hasil akhirnya kita dapat mengetahui komposisi portfolio optimal untuk rebalancing.
Artikel saya tsb di post di sini:
http://www.portalreksadana.com/node/220
Kayanya seru juga kalo kita diskusiin mengenai reblancing ini Sis :)
Rgrds,
dunkz
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
simulasi rebalancing
Wah, thanks untuk infonya, simulasi Mas pasti sangat berguna untuk para member yang ingin mengetahui lebih lanjut mengenai rebalancing.
Mel :)
bakal seru banget, krn
bakal seru banget, krn ternyata sis Mel langsung membuat artikel tentang rebalancing. luar biasa, membuat artikel ini hanya 1 jam saja. on behalf of the community, super thanks! :D
sama-sama
Sama-sama... saya juga masih banyak belajar koq, jadi mohon masukannya. Oh ya Mas Dunkz ternyata sudah pernah membahas mengenai rebalancing beberapa waktu yang lalu dan bahkan sudah membuat simulasi di Excel dengan Macro sehingga para member bisa menggunakannya untuk menentukan komposisi portofolio yang optimal. Saya yakin simulasi tsb akan sangat bermanfaat bagi pengambilan keputusan investasi :)