"Sudah cukup lama tidak update portal ternyata portal sudah makin hebat. Sukses terus ya bro gebet"
Kata
panik sepertinya menjadi kata yang paling sering diucapkan di media
saat ini mulai dari CS sebuah bank sampai dengan Presiden mengucapkan
kata ini. Serunya, saya tidak mendapatkannya di PortalReksadana.Jadi
saya bisa pastikan anggota portal sudah benar-benar terdidik dalam
investasi dan benar-benar investor tulen. Kepanikan dalam berinvestasi
bisa saja terjadi namun kepanikan itu timbul karena apa dan siapa itu
mungkin yang harus kita sedikit telaah. Jadi kalau kita sama sekali
tidak panik, kayanya itu juga salah lo bayangkan dengan harga saham dan
NAB yang terus turun dan kurs makin jeblok masa kita masih tenang aja;
yang bener aja Pak Presiden :)
Beberapa waktu lalu pada KDR I
saya pernah ungkapkan bahwa investasi adalah sarana dan bukan
tujuan,keberhasilan suatu investasi bukan hanya tergantung dari
sarananya tapi lebih penting adalah tujuannya. Sebagai contoh saham
atau RD saham adalah sarana bukan tujuan; jadi kalau kita invest di RD
saham tapi tidak punya tujuan untuk apa invest disitu maka kita sudah
salah dalam berinvestasi(semoga masih ingat ya yang ikutan KDR).
Tujuan
dalam investasi umumnya terbagi 3 jangka waktu yaitu pendek, menengah
dan panjang. Nah produk investasi yang kita pilih harus sesuai dengan
tujuan investasi tersebut. Misalnya jangka pendek pake produk jangka
pendek seperti tabungan atau deposito; jangka menengah bisa ke RDPT
atau emas dan panjang mungkin ke saham atau RDS; jadi pemilihan produk
tergantung tujuan yang ingin dicapai.
Kalau kita perhatikan,
produk investasi yang rontok sebagian besar adalah produk investasi
jangka panjang seperti saham dan RDS. Secara logika adalah wajar bila
kita panik karena nilai investasi kita turun atau bahkan anjlok. Tapi
apakah panik kita benar ? jawabnya tidak; karena investasi bukan
sekedar hasil tapi juga likuiditas nah disini produk jangka panjang
tidak membutuhkan likuiditas cepat artinya walaupun nilainya anjlok,
kita tidak akan mengalami kerugiaan riil sebelum eksekusi jual atau
redemt dilakukan jadi nda rugi kan. jadi kalau saat ini ada yang masih
melakukan penarikan investasi mereka di RDS atau saham, mungkin mereka
telah salah melakukan investasi yaitu investasi tanpa tujuan yang jelas
yang mengakibatkan pemilihan produk yang salah. Mudahnya untuk tujuan
jangka pendek dia mengambil produk untuk jangka panjang jadinya ya
panik dengan melakukan penjualan atau redemt Bagaimana dengan
kekuatiran nilainya tidak akan kembali? hei Anda berinvestasi di produk
dengan tingkat risiko tinggi, yang artinya pengembalian juga
tinggi.Jadi tidak akan mungkin dalam 10 tahun ke depan nilai investasi
Anda tidak kembali.
Bagaimana dengan tujuan jangka pendek dan menengah ? nah ini
yang seharusnya membuat kita panik. Bayangkan investasi jangka pendek
kita bisa saja hancur karena kurs terus turun yang artinya nilai uang
kita lebih rendah daripada saat kita masuk. Jadi di jangka waktu ini
seharusnya kita panik(apakah Anda panik juga seperti saya ?).Tapi
untunglah hal itu tidak harus berlangsung lama karena pemerintah sudah
mengantisipasinya dengan kenaikan suku bunga simpanan. Obligasi ritel
sebagai investasi jangka menengah juga pasti akan terus turun karena
bunga yang terus naik, maka kita memang wajar panik di jangka waktu
ini. Saran saya sih kalau emang punya tujuan jangka pendek ke valas,
pindahkan rupiah Anda ke valas sesuai dengan tujuannya. Untuk jangka
menengah pengganti obligasi, emas kayanya lebih safe sih walaupun
penyimpanan bisa menjadi masalah; apalagi kalau kita punya 5 kilo.
Kesimpulan,
kita wajar dan harus panik dengan keadaan krisis ini, tapi panik kita
sebagai investor smart harus punya alasan tepat. Bukan hanya
ikut-ikutan pasar atau orang yang salah dalam berinvestasi, apalagi
panik karena permainan para trader yang mengambil keuntungan
sesaat.
=e=
Comments
Setuju stay with market tapi harus punya rem juga
Kemaren baru baca artikel yg ditulis Iwan Pontjowinoto yg pengamat pasar modal itu tentang gimana menyikapi nilai investasi RD (terutama RDS) yg anjlok. Beliau menyarankan tetap melihat kebutuhan kita dan harus pintar2 melakukan teknik redeem & switch ya kira2..jadi ga nabrak terus kedepan. Mungkin kalo mau liat artikel lengkapnya bisa di www.pontjowinoto.com (takutnya saya salah tangkap maksud beliau).
Invest saya di RDS cukup
Invest saya di RDS cukup banyak, sekitar 50% dari tabungan saya, sisanya deposito konvensional (dari jamannya belom kenal reksadana). Alhamdulillah sebelum rusuh2 finansial meluas ini sy sempet buka account RDPU. Ya cm beda2 tipis dari deposito tp at least lebih fleksibel, dan jadinya dana untuk apgret laptop ga ikut ilang akibat penurunan NAB ^_^ Dan saya ga termasuk yg panikan RDS saya anjlok seanjlok2nya... krn sudah tertanam itu "tabungan" untuk kapan tau (maksudnya masih nantiiiiii banget)... disini sy ngerasa pentingnya punya investasi lain, dalam hal ini deposito dan RDPU untuk menenangkan batin di masa2 sulit ky gini. Soalnya awal2 punya RDS saya hampir tergiur untuk masukin semua tabungan sy ke RDS krena silau sama return tinggi >_< -almazia, learner-
@eko035
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih karena menganggap member portal reksadana anda anggap sudah terdidik dan merupakan investor tulen.
Saya berasusmsi sebagian besar member di portal reksadana ini sudah memiliki RD terutama RDS. Memang ada benarnya bila di forum ini sebagian besar para member tidak panik menghadapi kejatuhan bursa walaupun saya yakini ada sebagian yang panik menghadapi kondisi yang kurang baik.
Mungkin krisis saat ini bukan menjadi badai yang menggang tetapi menjadi abngin segar untuk mencari tindakan yang sangat jitu. Ada member yang mengatakan bahwa pada krisis tahun 1998 saat bursa jatuh namun ia malah memilih untuk top up, dan hasilnya nilai investasinya berkembang berkali lipat. Saya setuju bro bahwa kita jangan panik kalau nilai investasi kita turun. Mungkin lebih tepat kita harus panik bahwa kita tidak berani untuk masuk ke bursa padahal kita tahu ini kesempatan yang sangat langka untuk mengubah badai yang sangat besar menjadi angin segar yang sangat sejuk.
Ingat, high risk high return bila anda sudah tahu RDS untuk jangka panjang maka turuti "peraturan" tersebut.
Kalau orang lain panik kenapa kita harus tenang
Hehehe..harap maklum kalo imannya mudah goyah.
Investasi saya memang tujuannya jangka panjang (12 th), tapi melihat NAB terus merosot ternyata ga rela juga, terpaksa senin kemarin merealisasikan kerugian. Minimal utk meredakan denyut jantung saja. Tar kondisi stabil masuk lagi (masih keep saldo minimum). Lumayan penurunan hari selasa rabu utk ganti subs fee kalau top up nanti.
Sesuai "perarturan"
Ya ini lah bila kita tidak mengetahui "perarturan RDS"
Sesuai "perarturan", RDS adalah suatu instrumen investasi yang mempunyai potensi keuntungan yang besar dan mempunyai resiko yang besar pula (high risk high return). Lalu tujuan investai di RDS adalah untuk jangka panjang (lebih dari 5 tahun), jadi tidak menutup kemungkinan bila 5 tahun kemungkinan NAV RDS kita naik lebih dari 4X lipat dari sekarang. Jadi kita mesti menuruti "perarturan" yang ada. Toh bukan suatu yang sangat aneh bila NAV RD kita turun sampi 50%. BTW sis laraslia udah capital loss ya? Turun sampai berapa persen?
Boleh bahas lainnya asal
Boleh bahas lainnya asal jangan percentage atau nilai rupiah loss saya, hehehe..soalnya saya bisa kehilangan selera humor B-).
Sekali ini mohon maaf ijinkan saya pergunakan naluri saya khusus utk investasi saya sendiri, tidak berdasarkan saran si A, si B, teori A, teori B, peraturan A atau peraturan B. Karena ternyata itu melelahkan saya dan malah membuat saya kehilangan kemandirian dalam mengambil keputusan. Biarkan saya sesekali menelan air saat belajar berenang, karena ternyata saya baru tau bahwa menelan air tidak terlalu menakutkan seperti yang saya bayangkan, dan malah saya menyukai pembelajaran ini. Banyak hikmah yg saya dapatkan termasuk kekompakan dalam mengambil keputusan dgn pasangan (karena itu uang kami bukan uang saya). Toh saya tetap cinta reksadana, dan hari inipun saya sudah top up kan kembali.
Salam, LL
LOSS
>akur sis,itu investasi kita-suka2 kita dong mau diredeem dgn resiko loss sekalipun. Cuekin saja para analis,namanya juga peramal-tdk ada yg pasti ( heran makin banyak saja muncul diportal ini ). Saya sendiri prefer berbagi info dari sesama praktisi investor RD,bukan yg lain apalagi yg punya conflict of interest.
>ada pesan dari praktisi ( bukan peramal ) yg mengalami krisis RD thn 2005,dari sekian banyak yg lain-ini paling nalar ( menurut saya )-yaitu kunci mengatasi krisis ialah dgn tetap berada dipasar ( sukur bisa semua,sebagian juga boleh kok )
Setuju Tetap Berada di Pasar
@Bro Agus...Setuju kalo sekarang kita kudu tetap berada di pasar, sambil tetap waspada...
Pengen hasrat untuk top up,,apadaya dana masih belum ada,,..meski 2mggu lalu sempet juga top up sedikitlah,, sekedar memanfaatkan moment,,,,