Asal Mula Permasalahan Kredit Perumahan di U.S
Saya tergelitik ingin mengetahui mengapa subprime mortgage dapat memicu bola salju krisis finansial saat ini. Paling tidak saya ingin mengetahui bagaimana strukturnya dalam pasar KPR di U.S. Setelah mencari-cari akhirnya ketemu juga :) Sumber : Subprime Mortgage Credit Derivatives, Fabozzi, diolah Dari $6.3 T securitized mortgage debt, terlihat bahwa nilai subprime mortgage di US adalah 800 miliar USD. Yang dimaksud dengan securitized adalah konversi utang menjadi surat berharga yang bisa dijual ke market. Sedikit cerita mengenai ini. Dari $23T nilai pasar perumahan di US, 47% nya atau $10.7 T dijaminkan. Dari nilai tersebut, $6.3 T dijadikan surat berharga(securitized). Aset-aset tersebut dibagi lagi berdasarkan pihak yang menjamin (underwriter) menjadi agency mortgage dan non-agency mortgage. Pihak yang disebut agency adalah dari pemerintah, baik government agency (Ginnie Mae) ataupun government-sponsored enterprises (Fannie Mae dan Freddie Mac). Non-agency mortgage adalah mortgage yang dengan berbagai alasan tidak memenuhi kriteria untuk dijamin oleh agency, baik karena skalanya yang terlalu besar (Jumbo Prime) maupun tidak memenuhi syarat sebagai peminjam (Alt-A dan Subprime). Seperti yang kita ketahui bersama, subprime borrower inilah yang menjadi pemicu terjadinya krisis finansial saat ini. Jumlah sebesar $800 miliar tersebut hanyalah mortgage dan belum termasuk produk derivatifnya seperti CDO yang menggabungkan securitized mortgage tersebut dengan obligasi yang ratingnya lebih tinggi sehingga menjadi lebih "layak" sebagai instrumen investasi. Yang saya belum dapat infonya berapakah nilai sesungguhnya aset yang exposed terhadap risiko krisis finansial ini. Surat berharga turunan dari subprime mortgage inilah yang menyebabkan krisis menyebar dengan cepat ke seluruh dunia. Sebuah konsekuensi dari globalisasi di mana kita bisa membeli dan menjual barang apapun dari seluruh dunia. Yes, produk derivatif/turunan adalah salah satu senjata yang paling berbahaya yang pernah diciptakan oleh Wall Street. Jika kita mau berintrospeksi, sebenarnya apakah fungsi dari derivatif itu? Mengapa kita harus mengeluarkan CDO, futures, options, dll? Apakah tujuan utamanya untuk mencari keuntungan?Nope. Produk derivatif diciptakan untuk melakukan fungsi hedging(lindung nilai) terhadap underlying assetnya. Agar tidak membutuhkan dana yang banyak, maka pada umumnya produk derivatif memberlakukan sistem margin. Pada sistem ini, kita dapat bertransaksi walaupun dana yang kita miliki tidak cukup. Timbul pertanyaan. Lah kalo dananya tidak cukup, kekurangan dana untuk transaksi siapa yang menalangi? Dapat dikatakan kekurangan dana dalam transaksi margin, di-create out of thin air. Artinya, uang tersebut hanya secara virtual diciptakan. Hal inilah yang menyebabkan transaksi derivatif sangat berbahaya karena sangat sulit memperkirakan seberapa banyak uang "virtual" ini "diciptakan". Permasalahan derivatif ini adalah permasalahan lama yang baru meledak sekarang. Permasalahan ini sudah mulai muncul dari zaman presiden Reagan yang berpendapat bahwa tidak diperlukan regulasi pada market derivatif. Akibatnya, semakin banyak produk derivatif yang membanjiri pasar dan belum dapat dikalkulasikan risikonya. Kalkulasi risiko dari derivatif menjadi semakin sulit manakala produk yang ditawarkan semakin kompleks. Sekedar mengingatkan. Bahkan peraih Nobel Ekonomi yang menjadi fund manager Long Term Capital Management(LTCM) pun gagal dalam memprediksi risiko produk derivatif. Akibatnya, tidak hanya LTCM yang ambruk karena default namun juga perekonomian seluruh dunia ikut meriang pada tahun 1998. Mengutip speech dari Gordon Gekko di film Wall Street: The point is, ladies and gentlemen, greed is good. Greed works, greed is right. Greed clarifies, cuts through, and captures the essence of the evolutionary spirit. Greed in all its forms, greed for life, money, love, knowledge, has marked the upward surge of mankind -- and greed, mark my words -- will save not only Teldar Paper but that other malfunctioning corporation called the USA...Thank you Saat ini, tampaknya greed yang akan memakan US. Apakah program bail-out sebesar $700 miliar yang dipersiapakan oleh pemerintah US cukup untuk menuntaskan masalah ini?ataukah dana tersebut hanya akan menggarami lautan? Kita lihat episode-episode mendatang
Artikel ini juga di post di: http://warung-reksadana.blogspot.com/2008/10/asal-mula-permasalahan-krisis-kpr-di-us.html
|
Comments
asal muasal krisis subprime mortage
ini ada juga ulasan (yg ditulis dalam bahasa yg sederhana - mudah dicerna) tentang asal-muasal krisis subprime mortage. Ditulis oleh Dahlan Iskan (CEO Jawa Pos)
Jluntrungan Krisis Subprime di Amerika Serikat
Kalau Langit Masih Kurang Tinggi
Oleh: Dahlan Iskan
Minggu, 28 Sept 2008,
Meski saya bukan ekonom, banyak pembaca tetap minta saya "menceritakan" secara awam mengenai hebatnya krisis keuangan di AS saat ini. Seperti juga, banyak pembaca tetap bertanya tentang sakit liver, meski mereka tahu saya bukan dokter. Saya coba:
Semua perusahaan yang sudah go public lebih dituntut untuk terus berkembang di semua sektor. Terutama labanya. Kalau bisa, laba sebuah perusahaan publik terus meningkat sampai 20 persen setiap tahun. Soal caranya bagaimana, itu urusan kiat para CEO dan direkturnya.
Pemilik perusahaan itu (para pemilik saham) biasanya sudah tidak mau tahu lagi apa dan bagaimana perusahaan tersebut dijalankan. Yang mereka mau tahu adalah dua hal yang terpenting saja: harga sahamnya harus terus naik dan labanya harus terus meningkat.
Perusahaan publik di AS biasanya dimiliki ribuan atau ratusan ribu orang, sehingga mereka tidak peduli lagi dengan tetek-bengek perusahaan mereka.
Mengapa mereka menginginkan harga saham harus terus naik? Agar kalau para pemilik saham itu ingin menjual saham, bisa dapat harga lebih tinggi dibanding waktu mereka beli dulu: untung.
Mengapa laba juga harus terus naik? Agar, kalau mereka tidak ingin jual saham, setiap tahun mereka bisa dapat pembagian laba (dividen) yang kian banyak.
Soal cara bagaimana agar keinginan dua hal itu bisa terlaksana dengan baik, terserah pada CEO-nya. Mau pakai cara kucing hitam atau cara kucing putih, terserah saja. Sudah ada hukum yang mengawasi cara kerja para CEO tersebut: hukum perusahaan, hukum pasar modal, hukum pajak, hukum perburuhan, dan seterusnya.
Apakah para CEO yang harus selalu memikirkan dua hal itu merasa tertekan dan stres setiap hari? Bukankah sebuah perusahaan kadang bisa untung, tapi kadang bisa rugi?
Anehnya, para CEO belum tentu merasa terus-menerus diuber target. Tanpa disuruh pun para CEO sendiri memang juga menginginkannya. Mengapa? Pertama, agar dia tidak terancam kehilangan jabatan CEO. Kedua, agar dia mendapat bonus superbesar yang biasanya dihitung sekian persen dari laba dan pertumbuhan yang dicapai. Gaji dan bonus yang diterima para CEO perusahaan besar di AS bisa 100 kali lebih besar dari gaji Presiden George Bush. Mana bisa dengan gaji sebesar itu masih stres?
Keinginan pemegang saham dan keinginan para CEO dengan demikian seperti tumbu ketemu tutup: klop. Maka, semua perusahaan dipaksa untuk terus-menerus berkembang dan membesar. Kalau tidak ada jalan, harus dicarikan jalan lain. Kalau jalan lain tidak ditemukan, bikin jalan baru. Kalau bikin jalan baru ternyata sulit, ambil saja jalannya orang lain. Kalau tidak boleh diambil? Beli! Kalau tidak dijual? Beli dengan cara yang licik -dan kasar! Istilah populernya hostile take over.
Kalau masih tidak bisa juga, masih ada jalan aneh: minta politisi untuk bikinkan berbagai peraturan yang memungkinkan perusahaan bisa mendapat jalan.
Kalau perusahaan terus berkembang, semua orang happy. CEO dan para direkturnya happy karena dapat bonus yang mencapai Rp 500 miliar setahun. Para pemilik saham juga happy karena kekayaannya terus naik. Pemerintah happy karena penerimaan pajak yang terus membesar. Politisi happy karena dapat dukungan atau sumber dana.
Dengan gambaran seperti itulah ekonomi AS berkembang pesat dan kesejahteraan rakyatnya meningkat. Semua orang lantas mampu membeli kebutuhan hidupnya. Kulkas, TV, mobil, dan rumah laku dengan kerasnya. Semakin banyak yang bisa membeli barang, ekonomi semakin maju lagi.
Karena itu, AS perlu banyak sekali barang. Barang apa saja. Kalau tidak bisa bikin sendiri, datangkan saja dari Tiongkok atau Indonesia atau negara lainnya. Itulah yang membuat Tiongkok bisa menjual barang apa saja ke AS yang bisa membuat Tiongkok punya cadangan devisa terbesar di dunia: USD 2 triliun!
Sudah lebih dari 60 tahun cara "membesarkan" perusahaan seperti itu dilakukan di AS dengan suksesnya. Itulah bagian dari ekonomi kapitalis. AS dengan kemakmuran dan kekuatan ekonominya lalu menjadi penguasa dunia.
Tapi, itu belum cukup.
Yang makmur harus terus lebih makmur. Punya toilet otomatis dianggap tidak cukup lagi: harus computerized!
Bonus yang sudah amat besar masih kurang besar. Laba yang terus meningkat harus terus mengejar langit. Ukuran perusahaan yang sudah sebesar gajah harus dibikin lebih jumbo. Langit, gajah, jumbo juga belum cukup.
Ketika semua orang sudah mampu beli rumah, mestinya tidak ada lagi perusahaan yang jual rumah. Tapi, karena perusahaan harus terus meningkat, dicarilah jalan agar penjualan rumah tetap bisa dilakukan dalam jumlah yang kian banyak. Kalau orangnya sudah punya rumah, harus diciptakan agar kucing atau anjingnya juga punya rumah. Demikian juga mobilnya.
Tapi, ketika anjingnya pun sudah punya rumah, siapa pula yang akan beli rumah?
Kalau tidak ada lagi yang beli rumah, bagaimana perusahaan bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan penjamin bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan alat-alat bangunan bisa lebih besar? Bagaimana bank bisa lebih besar? Bagaimana notaris bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan penjual kloset bisa lebih besar? Padahal, doktrinnya, semua perusahaan harus semakin besar?
Ada jalan baru. Pemerintah AS-lah yang membuat jalan baru itu. Pada 1980, pemerintah bikin keputusan yang disebut "Deregulasi Kontrol Moneter". Intinya, dalam hal kredit rumah, perusahaan realestat diperbolehkan menggunakan variabel bunga. Maksudnya: boleh mengenakan bunga tambahan dari bunga yang sudah ditetapkan secara pasti. Peraturan baru itu berlaku dua tahun kemudian.
Inilah peluang besar bagi banyak sektor usaha: realestat, perbankan, asuransi, broker, underwriter, dan seterusnya. Peluang itulah yang dimanfaatkan perbankan secara nyata.
Begini ceritanya:
Sejak sebelum 1925, di AS sudah ada UU Mortgage. Yakni, semacam undang-undang kredit pemilikan rumah (KPR). Semua warga AS, asalkan memenuhi syarat tertentu, bisa mendapat mortgage (anggap saja seperti KPR, meski tidak sama).
Misalnya, kalau gaji seseorang sudah Rp 100 juta setahun, boleh ambil mortgage untuk beli rumah seharga Rp 250 juta. Cicilan bulanannya ringan karena mortgage itu berjangka 30 tahun dengan bunga 6 persen setahun.
Negara-negara maju, termasuk Singapura, umumnya punya UU Mortgage. Yang terbaru adalah UU Mortgage di Dubai. Sejak itu, penjualan properti di Dubai naik 55 persen. UU Mortgage tersebut sangat ketat dalam menetapkan syarat orang yang bisa mendapat mortgage.
Dengan keluarnya "jalan baru" pada 1980 itu, terbuka peluang untuk menaikkan bunga. Bisnis yang terkait dengan perumahan kembali hidup. Bank bisa dapat peluang bunga tambahan. Bank menjadi lebih agresif. Juga para broker dan bisnis lain yang terkait.
Tapi, karena semua orang sudah punya rumah, tetap saja ada hambatan. Maka, ada lagi "jalan baru" yang dibuat pemerintah enam tahun kemudian. Yakni, tahun 1986.
Pada 1986 itu, pemerintah menetapkan reformasi pajak. Salah satu isinya: pembeli rumah diberi keringanan pajak. Keringanan itu juga berlaku bagi pembelian rumah satu lagi. Artinya, meski sudah punya rumah, kalau mau beli rumah satu lagi, masih bisa dimasukkan dalam fasilitas itu.
Di negara-negara maju, sebuah keringanan pajak mendapat sambutan yang luar biasa. Di sana pajak memang sangat tinggi. Bahkan, seperti di Swedia atau Denmark, gaji seseorang dipajaki sampai 50 persen. Imbalannya, semua keperluan hidup seperti sekolah dan pengobatan gratis. Hari tua juga terjamin.
Dengan adanya fasilitas pajak itu, gairah bisnis rumah meningkat drastis menjelang 1990. Dan terus melejit selama 12 tahun berikutnya. Kredit yang disebut mortgage yang biasanya hanya USD 150 miliar setahun langsung menjadi dua kali lipat pada tahun berikutnya. Tahun-tahun berikutnya terus meningkat lagi. Pada 2004 mencapai hampir USD 700 miliar setahun.
Kata "mortgage" berasal dari istilah hukum dalam bahasa Prancis. Artinya: matinya sebuah ikrar. Itu agak berbeda dari kredit rumah. Dalam mortgage, Anda mendapat kredit. Lalu, Anda memiliki rumah. Rumah itu Anda serahkan kepada pihak yang memberi kredit. Anda boleh menempatinya selama cicilan Anda belum lunas.
Karena rumah itu bukan milik Anda, begitu pembayaran mortgage macet, rumah itu otomatis tidak bisa Anda tempati. Sejak awal ada ikrar bahwa itu bukan rumah Anda. Atau belum. Maka, ketika Anda tidak membayar cicilan, ikrar itu dianggap mati. Dengan demikian, Anda harus langsung pergi dari rumah tersebut.
Lalu, apa hubungannya dengan bangkrutnya investment banking seperti Lehman Brothers?
Gairah bisnis rumah yang luar biasa pada 1990-2004 itu bukan hanya karena fasilitas pajak tersebut. Fasilitas itu telah dilihat oleh "para pelaku bisnis keuangan" sebagai peluang untuk membesarkan perusahaan dan meningkatkan laba.
Warga terus dirangsang dengan berbagai iklan dan berbagai fasilitas mortgage. Jor-joran memberi kredit bertemu dengan jor-joran membeli rumah. Harga rumah dan tanah naik terus melebihi bunga bank.
Akibatnya, yang pintar bukan hanya orang-orang bank, tapi juga para pemilik rumah. Yang rumahnya sudah lunas, di-mortgage-kan lagi untuk membeli rumah berikutnya. Yang belum memenuhi syarat beli rumah pun bisa mendapatkan kredit dengan harapan toh harga rumahnya terus naik. Kalau toh suatu saat ada yang tidak bisa bayar, bank masih untung. Jadi, tidak ada kata takut dalam memberi kredit rumah.
Tapi, bank tentu punya batasan yang ketat sebagaimana diatur dalam undang-undang perbankan yang keras.
Sekali lagi, bagi orang bisnis, selalu ada jalan.
Jalan baru itu adalah ini: bank bisa bekerja sama dengan "bank jenis lain" yang disebut investment banking.
Apakah investment banking itu bank?
Bukan. Ia perusahaan keuangan yang "hanya mirip" bank. Ia lebih bebas daripada bank. Ia tidak terikat peraturan bank. Bisa berbuat banyak hal: menerima macam-macam "deposito" dari para pemilik uang, meminjamkan uang, meminjam uang, membeli perusahaan, membeli saham, menjadi penjamin, membeli rumah, menjual rumah, private placeman, dan apa pun yang orang bisa lakukan. Bahkan, bisa melakukan apa yang orang tidak pernah memikirkan! Lehman Brothers, Bear Stern, dan banyak lagi adalah jenis investment banking itu.
Dengan kebebasannya tersebut, ia bisa lebih agresif. Bisa memberi pinjaman tanpa ketentuan pembatasan apa pun. Bisa membeli perusahaan dan menjualnya kapan saja. Kalau uangnya tidak cukup, ia bisa pinjam kepada siapa saja: kepada bank lain atau kepada sesama investment banking. Atau, juga kepada orang-orang kaya yang punya banyak uang dengan istilah "personal banking".
Saya sering kedatangan orang dari investment banking seperti itu yang menawarkan banyak fasilitas. Kalau saya mau menempatkan dana di sana, saya dapat bunga lebih baik dengan hitungan yang rumit. Biasanya saya tidak sanggup mengikuti hitung-hitungan yang canggih itu.
Saya orang yang berpikiran sederhana. Biasanya tamu-tamu seperti itu saya serahkan ke Dirut Jawa Pos Wenny Ratna Dewi. Yang kalau menghitung angka lebih cepat dari kalkulator. Kini saya tahu, pada dasarnya dia tidak menawarkan fasilitas, tapi cari pinjaman untuk memutar cash-flow.
Begitu agresifnya para investment banking itu, sehingga kalau dulu hanya orang yang memenuhi syarat (prime) yang bisa dapat mortgage, yang kurang memenuhi syarat pun (sub-prime) dirangsang untuk minta mortgage.
Di AS, setiap orang punya rating. Tinggi rendahnya rating ditentukan oleh besar kecilnya penghasilan dan boros-tidaknya gaya hidup seseorang. Orang yang disebut prime adalah yang ratingnya 600 ke atas. Setiap tahun orang bisa memperkirakan sendiri, ratingnya naik atau turun.
Kalau sudah mencapai 600, dia sudah boleh bercita-cita punya rumah lewat mortgage. Kalau belum 600, dia harus berusaha mencapai 600. Bisa dengan terus bekerja keras agar gajinya naik atau terus melakukan penghematan pengeluaran.
Tapi, karena perusahaan harus semakin besar dan laba harus kian tinggi, pasar pun digelembungkan. Orang yang ratingnya baru 500 sudah ditawari mortgage. Toh kalau gagal bayar, rumah itu bisa disita. Setelah disita, bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi dari nilai pinjaman. Tidak pernah dipikirkan jangka panjangnya.
Jangka panjang itu ternyata tidak terlalu panjang. Dalam waktu kurang dari 10 tahun, kegagalan bayar mortgage langsung melejit. Rumah yang disita sangat banyak. Rumah yang dijual kian bertambah. Kian banyak orang yang jual rumah, kian turun harganya. Kian turun harga, berarti nilai jaminan rumah itu kian tidak cocok dengan nilai pinjaman. Itu berarti kian banyak yang gagal bayar.
Bank atau investment banking yang memberi pinjaman telah pula menjaminkan rumah-rumah itu kepada bank atau investment banking yang lain. Yang lain itu menjaminkan ke yang lain lagi. Yang lain lagi itu menjaminkan ke yang beriktunya lagi. Satu ambruk, membuat yang lain ambruk. Seperti kartu domino yang didirikan berjajar. Satu roboh menimpa kartu lain. Roboh semua.
Berapa ratus ribu atau juta rumah yang termasuk dalam mortgage itu? Belum ada data. Yang ada baru nilai uangnya. Kira-kira mencapai 5 triliun dolar. Jadi, kalau Presiden Bush merencanakan menyuntik dana APBN USD 700 miliar, memang perlu dipertanyakan: kalau ternyata dana itu tidak menyelesaikan masalah, apa harus menambah USD 700 miliar lagi? Lalu, USD 700 miliar lagi?
Itulah yang ditanyakan anggota DPR AS sekarang, sehingga belum mau menyetujui rencana pemerintah tersebut. Padahal, jumlah suntikan sebanyak USD 700 miliar itu sudah sama dengan pendapatan seluruh bangsa dan negara Indonesia dijadikan satu.
Jadi, kita masih harus menunggu apa yang akan dilakukan pemerintah dan rakyat AS. Kita juga masih menunggu data berapa banyak perusahaan dan orang Indonesia yang "menabung"-kan uangnya di lembaga-lembaga investment banking yang kini lagi pada kesulitan itu.
Sebesar tabungan itulah Indonesia akan terseret ke dalamnya. Rasanya tidak banyak, sehingga pengaruhnya tidak akan sebesar pengaruhnya pada Singapura, Hongkong, atau Tiongkok.
Singapura dan Hongkong terpengaruh besar karena dua negara itu menjadi salah satu pusat beroperasinya raksasa-raksasa keuangan dunia. Sedangkan Tiongkok akan terpengaruh karena daya beli rakyat AS akan sangat menurun, yang berarti banyak barang buatan Tiongkok yang tidak bisa dikirim secara besar-besaran ke sana. Kita, setidaknya, masih bisa menanam jagung.(*)
Penyebab utama krisis !!
Gue punya pendapat lain.
Krisis ini seperti penyakit kanker. stadium awalnya tidak kelihatan, begitu terasa tahu-tahu sudah stadium akhir.
Kapan stadium awalnya?
stadium 1 : adalah teroris menyerang WTC 11 september 2001
stadium 2 : reaksi AS atas tragedi WTC yaitu menyerang afganistan dan irak
stadium 3 : Pemerintah AS butuh dana perang besar, meningkatkan suku bunga.
stadium 4 : efek dari peningkatan suku bunga adalah meningkatnya kredit macet terutama perumahan. Sempat bisa diatasi saat terjadi di agustus 2007. Namun, efek tambahan yang menghancurkan adalah dari perang irak adalah berkurangnya suplai minyak karena irak produsen minyak besar dunia disamping arab saudi. Ini dimanfaatkan spekulan untuk melambungkan harga minyak. Saat minyak naik, harga-harga melambung tinggi menyebabkan banyak industri kecil gulungtikar. Modal industri ini adalah kredit perbankan.
stadium akhir : Dihantam 2 bencana inilah, subprime mortgage dan krisis minyak, banyaknya bank yang kolaps. Karena harga minyak yang dari $57 perbarel mencapai $140, menyebabkan melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia. Bursa dunia pun jatuh karena, ternyata investornya sebagian besar adalah AS. Mereka menarik dana besar-besaran dari jepang, dan negara asia lain termasuk indonesia, dan sebagian eropa, menyebabkan ambruknya harga saham di seluruh dunia.
Jadi, menyerang AS (tragedi WTC) sama saja menghancurkan seluruh dunia.
Banyak yang berfikir krisis ini hanya bagi orang kaya yang punya saham...
Krisis ini bisa merembet ke mana-mana. Ekspor ke AS dan eropa sudah jadi korban. Industri kecil ekspor, seperti kerajianan, perikanan, kelautan dll sudah banyak yang bangkrut. Harga sawit hancur membuat petani sawit sengsara, dll.
Daya beli menurun, penjual rugi. Itu kan sudah menyentuh lapisan bawah. bukan cuma kalangan atas.
Itu cuma pendapat gue.
Setuju silahkan, tidak setuju awas!!!
Gue sumpahin jadi KAYA ... he...he...
Rasanya kenal
Liat profile bro dunkz, rasa2nya wajahnya tidak asing deh.... apakah bro sama dengan M. Ichsan?
Rina DL
Mohon Maaf Lahir Bathin
@bro dunkz
Bro dunkz ...
lama sekali nggak denger kabar dari bro dunkz, ternyata lagi bertapa nyari informasi tentang subprime toch hehehe ... bagaimana kondisi dunia persilatan bro ... aman terkendalikah ? ...
btw ane kangen kopi darat lagi nech (ada rencana kita bareng bro gebet yang terus tertunda ya bro), kapan ya kita realisasikan ...
btw keadaan di luar sana memang lagi liar tak terkendali, sampe-sampe bursa yang katanya mo dibuka suspendnya hari ini ternyata batal dibuka lagi akibat dow terkapar abis kemaren (ini sebenarnya tindakan yang berbahaya, soalnya kalo statement menteri keuangan untuk membuka market hari jumat bisa diralat dalam hitungan jam, kita mesti percaya siapa lagi ... market bisa menjadi sangat nervous). Anyway memang kondisi sekarang jadi serba sulit & sangat tidak pasti, segala sesuatu bisa dirubah dalam waktu sangat singkat. Ayo kita pegangan yang kuat, kita bukan hanya akan menghadapi bumpy road, tapi juga sedikit guncangan gempa tektonik.
Let us pray for the best and prepare for the worst, jangan coba jadi jagoan, just flow with the market. Watch for your own a%%.
Seorang Newbie - P a s s i o n 4 U
Don't walk in front of me, I may not follow. Don't walk behind me, I may not lead. Walk beside me and be my friend.
@bro Passion4U
Saya baik-baik aja bro. Baru aja balik dari mudik. Liat monitor IHSG udah 1451 :D
Maksudnya aman terkendali itu yang mana bro? Market atau investasi? Kalau market udah tau sendirilah hehehe. Kalau investasi, exposure saya di RDS/saham sudah jauh berkurang kok.
Pengen juga euy kopi darat lagi. Kita arrange aja lah. Sama siapa lagi saya bisa nanya2 technical? :) Mengenai rencana bareng bro Gebet ayuklah diterusin. Biar kita punya bookmark hehehe.
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
thx
Penjelasan yang mudah dimengerti dengan adanya flowchart
makasih bung dunkz...
ijin copy paste, mau ngasih info temen2 yang pada pgn tau asal mula krisis di US
@aditya30k
Sama2 bro. Kalau mau kopas silakan. Artikel saya di sini free kok :)
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
Minta izin
Bro, saya mau minta izin juga buat Copas artikel ini ke blog saya.
Makasih yah bro atas "kerja sama nya"
:)
@Barkah
Silakan bro :)
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
VALUASI REKSADANA
Bapepam-LK ubah sistem valuasi reksa dana
Jumat, 31 October 2008
SALAM BRO N SIS....
SAYA COPAS DR INFOVESTA......
TANGGAPANNYA YA BRO SIS.....
JAKARTA : Badan Pengawas Pasar
Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) akan mengubah sistem valuasi reksa dana
guna melindungi nasabah dan mencegah aksi redemption.
Adapun, Bapepam-LK
menetapkan bahwa penilaian surat utang atau surat berharga lain yang
diterbitkan oleh negara dan obligasi akan dinilai dengan menggunakan nilai
perolehan yang diamortisasi.
"Guna mencegah
terjadinya redemption, kami akan mengubah sistem valuasi reksa dana. Namun,
saat ini belum bisa saya sampaikan detailnya bagaimana, karena masih terus
dibahas bersama APRDI [Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia]," ujar
Ketua Bapepam-LK Ahmad Fuad Rahmany kemarin.
APRDI telah mengajukan
sembilan poin usulan terkait dengan pencegahan redemption reksa dana pada saat
krisis, di antaranya valuasi reksa dana dengan menggunakan harga repricing,
amortisasi, atau penilaian dari manajer investasi.
Beberapa usulan lain
adalah cara penghitungan NAB ketika bursa dibekukan, perpanjangan masa
toleransi penurunan NAB Rp25 miliar dari 90 hari menjadi 180 hari, dan batas
minimal waktu pelaporan reksa dana dari 7 hari menjadi 14 hari.
Selain itu, diusulkan
mengenai penghitungan nilai aktiva bersih saat bursa dibekukan sementara.
Berkaitan dengan
penghentian akses informasi data aktivitas harian reksa dana, Bapepam-LK
menilai kebijakan itu tidak menyalahi asas transparansi pasar modal karena yang
meminta adalah pelaku pasar. Namun, Fuad enggan menyebutkan manajer investasi
yang mengusulkan.
Direktur Utama PT
Pemeringkat Efek Indonesia Kahlil Rowter mengatakan otoritas pasar modal akan
membuka kembali situs informasi reksa dana tiga pekan ke depan setelah
perbaikan.
"Mereka
mengharapkan agar situsnya terbuka dan menjadi lebih baik setelah
diperbaiki."
Dia menjelaskan dirinya
baru bertemu dengan Kepala Biro Pengelolaan Investasi Bapepam-LK Djoko
Hendratto terkait dengan data yang belum dapat diakses publik. (tin01bis)
SALAM
@ma_kara
Jadi penasaran metode apa yang akan dipakai. Kalau amortisasi takutnya malah bikin permasalahan baru di kemudian hari.
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
sy komen saja terkait data
sy komen saja terkait data bapepam, semoga tiga minggu lagi memang sdh bs diakses. harap2 cemas juga sih, krn katanya data hanya dipublish per bulan.
Bro Gebet, kalau data NAB
Bro Gebet,
kalau data NAB kayanya bakal tetep harian. Kalau bulanan entar pas kita mau subscribe atau redeem gimana caranya tau NAB nya?
Sepertinya mengenai publikasi NAB bulanan ini masih dalam tahap wacana.
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
pasti acuan redeem/subs
pasti acuan redeem/subs adalah NAB harian yg published di koran. pun jika beneran bapepam hanya suplai data bulanan, sy sdh ready dg backup-plan yaitu ambil data dari web bisnis.com. tapi sayangnya, di web itu nampaknya dientri manual krn bnyk sekali produk yg salah ketik.
hoping semoga bapepam tetap provide daily NAB.
link dg infovesta
kalo di-link dengan data dari infovesta susah ya bro Gebet? rasane lbh cepet aksesnya drpd bisnis.com sh..
saya sudah mencoba untuk
saya sudah mencoba untuk link dg infovesta. hasilnya, data H-1 memang bisa didapatkan, tapi sayangnya, nama produk di infovesta ternyata beda dg bapepam
harapan tetap kembali pada bapepam, saya berusaha sedapat mungkin yang tersaji di PortalReksadana adalah data primer yang berasal langsung dari sumbernya
enak sh kalo dinilai dgn
enak sh kalo dinilai dgn amortisasi, NAB jd gak fluktuatif...tp kalo tetap terjadi gelombang redeempt ya investor yg paling akhir keluar akan mengalami kerugian.
:)D mungkin setelah menggunakan metode amortisasi selanjutnya menjadi RD Terproteksi. Tau ah, gelap.. semoga mbak Melinda/Vivian/Isetiadi memberikan info yg lebih jelas.