Strategi Investasi : Value Averaging
Dalam berinvestasi reksa dana, terdapat beberapa strategi yang dapat kita terapkan untuk mengurangi risiko serta faktor emosi. Sebagai investor, emosi merupakan musuh utama kita karena emosi akan menyebabkan kita lebih mudah membuat keputusan yang salah. Sebagai contoh, saat market turun, jika kita panik kita secara spontan akan cenderung menarik dana investasi kita karena takut nilai investasi kita akan semakin menurun. Padahal setelah itu alih-alih semakin menurun, ternyata market kembali rebound dan setelah itu kita baru menyadari bahwa keputusan kita untuk menarik investasi kita adalah keputusan yang tidak tepat. Kepanikan kita tersebut merupakan salah satu bentuk emosi yang harus dihindari oleh investor. Keinginan untuk mengurangi adanya faktor emosi inilah yang mendorong munculnya berbagai macam strategi investasi. Strategi yang paling terkenal mungkin adalah Dollar Cost Averaging (DCA), di mana kita secara berkala berinvestasi dalam jumlah nominal yang tetap bagaimanapun kondisi pasar. Selain DCA sebenarnya terdapat beberapa macam strategi lain yang dapat kita terapkan. Masing-masing strategi memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Beberapa strategi yang ada antara lain:
Pada tulisan kali ini saya akan membahas mengenai strategi investasi Value Averaging atau biasa disingkat VA. Konsep dari strategi ini adalah membuat pertambahan nilai investasi kita akan selalu tetap. Misalkan kita menginginkan nilai investasi kita bertambah sebesar Rp 500.000,- setiap bulannya. Jika kita menerapkan strategi value averaging, maka kita akan menambah atau mengurangi investasi kita sehingga pertambahan nilainya akan tetap (Rp 500.000,-) setiap bulannya. Pada akhir bulan pertama, kita menginvestasikan dana kita sebesar Rp 500.000,-. Dengan ketentuan seperti di atas, maka pada akhir bulan kedua nilai investasi kita harus menjadi Rp 1.000.000,-. Jika pada akhir bulan kedua ternyata nilai investasi kita meningkat menjadi Rp 550.000,-, maka kita hanya perlu menambahkan dana sebesar 1.000.000 – 550.000 = Rp 450.000,-. Dengan demikian, pada akhir bulan kedua, nilai investasi kita akan sesuai dengan target yaitu Rp 1.000.000. Proses ini dilanjutkan pada bulan-bulan berikutnya. Mirip dengan strategi Dollar Cost Averaging, skema strategi di atas mempunyai satu kelemahan. Dalam beberapa tahun ke depan, seiring dengan inflasi mungkin pertumbuhan konstan sebesar Rp 500.000,- akan terasa kecil. Oleh karena itu kita perlu melakukan sedikit ”modifikasi” agar pertumbuhan investasi kita dapat mengatasi efek inflasi. Apa yang harus kita lakukan? Agar nilai pertumbuhan dapat mengatasi efek inflasi, maka target pertumbuhan kita nyatakan dalam persentase. Dasar dari konsep ini sama dengan skema sebelumnya. Hanya saja, jika dalam skema sebelumnya kita menargetkan pertumbuhan Rp 500.000,- setiap bulan, maka pada skema ini kita menargetkan pertumbuhan dalam persen katakanlah 3% setiap bulannya. Jadi pada akhir bulan kedua, kita harus membuat nilai investasi kita menjadi (1 + 3%) x Rp 500.000,- = Rp 515.000,-. Pertumbuhan sebesar itu dapat dicapai dengan meningkatnya nilai investasi maupun tambahan dana dari kita. Mungkin pertumbuhan sebesar 3% atau Rp 15.000,- pada akhir bulan kedua tersebut terasa kecil namun nilai 3% tersebut akan terasa besar pada tahun-tahun mendatang. Dengan mengubah bentuk pertumbuhan menjadi persentase, maka kita telah memecahkan permasalahan yang ditimbulkan oleh inflasi. Satu hal yang perlu diingat jika nilai investasi kita melebihi target, kita akan menarik sejumlah dana kita agar nilainya sesuai dengan target yang telah ditetapkan semula. Lalu apa kelebihan dari strategi Value Averaging ini? Contoh yang akan saya berikan ini berdasarkan data IHSG 6 bulanan sejak tahun 1989. Mengapa saya menggunakan data IHSG dan bukan NAV reksa dana saja? Data yang digunakan adalah data 6 bulanan karena jika terlalu singkat, subscribe dan redeem fee kita akan membengkak. Mari kita perhatikan simulasi berikut (klik pada gambar untuk memperbesar) :
Terlihat bahwa dengan menargetkan pertumbuhan dana sebesar 12% per 6 bulan, maka berdasarkan total dana yang telah kita investasikan, return kumulatif investasi kita adalah sebesar 16.258% (enam belas ribu persen) atau 14,77% per enam bulan. Is it amazing? Bagaimana mungkin dengan target pertumbuhan 12% per 6 bulan kita memperoleh return sebesar itu? Kuncinya adalah pada proses pembatasan pertumbuhan. Jika pertumbuhan di bawah target, maka kita memasukkan dana tambahan. Jika pertumbuhan di atas target, maka kita kurangi investasi kita. Yang mengejutkan, dengan menerapkan strategi VA ini, untuk mencapai nilai investasi sebesar Rp 33.115.921,- total dana yang kita keluarkan hanyalah Rp 202.000. Nilai minus pada harga perolehan rata-rata menandakan bahwa kita tidak perlu mengeluarkan dana untuk investasi kita. Memang Rp 33 juta terlihat kecil. Jika kita ingin memperoleh hasil yang lebih besar, kita bisa memperbesar nilai nominal awal. Misalnya kita tidak menaruh Rp 500 rb akan tetapi Rp 5 juta. Satu hal yang sangat penting dan tidak boleh kita lewatkan adalah fluktuasi. Jumlah dana yang harus kita masukkan atau keluarkan setiap 6 bulannya berkisar antara Rp 30 ribu sampai dengan Rp 7,8 juta. Sebuah kisaran nilai yang cukup lebar. Oleh karena besarnya fluktuasi keluar masuk dana, maka menurut saya strategi ini merupakan strategi yang cukup advanced karena membutuhkan disiplin dan mengandung risiko yang cukup tinggi. Tanpa perhitungan yang matang di awal, jangan menerapkan strategi ini untuk berinvestasi. Terbukti memang semboyan ’high risk, high return’
Artikel ini juga dipost di warung reksadana
|
Comments
Konsep DCA lebih cocok untuk untuk Reksa Dana tertentu?
Selamat pagi,
Ada 2 pertanyaan terkait strategi Dollar Cost Averaging:
(1)
Saya mengikuti konsep DCA untuk Reksa Dana (RD) Saham dan Pendapatan Tetap. Dari yang saya amati, untuk RD Saham memang investor akan diuntungkan karena mendapat 'variasi' dari fluktuasi NAV RD saham yang memang fluktuatif.
Tetapi untuk RD Pendapatan Tetap (khususnya jika kita memilih RD Pendapatan Tetap yang bagus kinerjanya, artinya NAV cenderung stabil dan cenderung naik) rasanya jika di-investasikan lump sum di awal tahun.. akan lebih menguntungkan.
Mohon opini-nya, apakah memang DCA lebih cocok untuk RD yang fluktuatifnya tinggi, sementara untuk RD yang stabil lebih baik lump-sum?
(2) Pada umumnya investor melakukan DCA per bulan (monthly). Apakah pernah dilakukan research mengenai periode yang terbaik (monthly, weekly?) untuk DCA? Sebagai contoh: jika kita ingin melakukan DCA 3 jt per bulan... apakah lebih baik di satu tanggal, langsung 3 jt, atau kita set autodebet di enam tanggal @ 500 ribu ; sehingga kita lebih mendapatkan keuntungan dari fluktuasi tsb.
Terima kasih.
Untuk tanggalan DCA
Tanggal baik itu tergantung reksadananya Pak, yang pernah melakukan riset tanggalan baik untuk DCA itu salah satunya tim Panin, terhadap produk mereka sendiri (PTPDMAI), kalau tidak salah ada ditulis di blog nya orang mereka di Kontan. Katanya produk mereka paling afdol kalau top up setiap tanggal satu awal bulan (kalau tidak salah baca).
Kalau soal DCA antara RDS vs RDPT, ya tidak bisa pakai "rasanya" dong Pak, harus dihitung secara seksama. Bapak coba test sendiri saja, buka deposito bulanan, setiap jatuh tempo atur agar bunga di reinvest lagi ke modal pokok, lalu bapak tambahkan secara teratur modalnya setiap kali jatuh tempo dengan modal baru. Pasti menguntungkan juga, sama seperti konsep DCA di reksadana.
Tanya pak DewAsmara : Pemilihan produk RDS untuk DCA
Kurang lebih setahun yang lalu saya mulai DCA autodebet di salah satu bank BUMN, produk yang saya pilih merupakan RDS yang masuk kuadran diamond di portalreksadana matrix pada waktu itu. RDS tersebut sempat turun ke kuadran Gold, tp karena menurut saya masih bagus ya saya biarkan saja. Lha kok ndilalah bulan november ini RDS tersebut malah berpindah ke kuadran Bronze.
Yang saya tanyakan, untuk metode DSA apa produk RD yg diambil sebaiknya dirubah seiring perubahan posisi RD di portalreksadana Matrix?
Mengingat ada produk RDS juga yg dulunya ada di kuadran Bronze bahkan sempat di kuadran Rock yg saat ini masuk di kuadran Diamond.
Matur Nuwuuun..
Siapakah yg pindah kuadran?
bro hiswardhani, saya kira gpp utk diinfokan produk apa yg berpindah kuadran dari Diamond turun jadi Gold turun lagi jadi Bronze, pasti infonya bermanfaat utk rekan2 lain.
saya jadi ada ide. sekarang ini memang PortalReksadana Matrix belum menyimpan data historis posisi kuadran tiap produk. saya akan coba untuk upgrade, supaya mulai tahun depan akan tersedia data historis posisi kuadran, dan kita bisa dapat tambahan insight mana produk yg bisa konsisten bertahan di kuadran Diamond/Gold :)
RDS yg pindah kuadran
Pak Autogebet,
jd untuk RDS yg pindah kuadran dr D1 ke B1, solusinya gimana Pak...kita biarkan saja trus atau kita switch ke RDS lain?
Trimakasih pencerahannya.
Re: Siapa yang pindah kwadran ?
Very...very good idea Pak.
Jadi kita bisa liat mana produk yang rada stabil. Tolong actionnya ya.... :)
yang Turun: RDS Schroders
yang Turun:
RDS Schroders Dana Prestasi Plus per feb-2012 posisi D2, Nov-2012 posisi R1
RDS Schroder Dana Istimewa per feb-2012 posisi D5, Nov-2012 posisi B2
BNP Paribas Ekuitas per feb-2012 posisi D1, Nov-2012 posisi B1
yang naik :
RDS Schroder 90+ per feb-2012 posisi R1, Nov-2012 posisi D4
RDS BNP Paribas Infrastruktur Plus per feb-2012 posisi R2, Nov-2012 posisi D2
RDS DANAREKSA MAWAR FOKUS 10 feb-2012 posisi R21, Nov-2012 posisi G10
ket : D1 = Diamond urutan 1
G10 = Gold urutan 10
B2 = Bronze urutan 2
R1 = Rock urutan 1
maaf ndak banyak yang saya catat, ini cuma sekedar catatan kecil saya sebelum ambil instalment bulanan di Bank Mandiri. Semoga bermanfaat..
Re: Siapa yang pindah Kuadran?
Sptnya panin dana maksima ya?
Soalnya sy masih ada sebagian dana disana,dan mmg agak kecewa dg kinerjanya di tahin ini. Sy liat di matrix sdh mlipir di quadran tsb.
Garis x dan y
Bro autogebet,
Apa maksud dari bergeraknya garis x (naik dan turun) serta garis y (kekiri dan kekanan) di dalam matrix, yg posisi nya tidak ditengah lg, sehingga menyebabkan RD menjadi pindah kuadran.
Perlu rajin Evaluasi
Untuk DCA, jika terlanjur memilih metode via bank, sebaiknya memang diubah-ubah sesuai perubahan kondisi RD yang bersangkutan, tidak selalu melihat kepada kinerja, namun perhatikan strategi investasinya juga, suka atau tidak suka, kalau terjadi bedol deso tim investasi, kinerja RD bisa mendadak jeblok, ini pernah dialami seorang teman yang memegang produk RD Campuran tertentu jaman dulu, sebelum krisis 1998, MI yang terkait sangat outperform, bahkan kabarnya legendaris, tapi sesudah 1998, MI tersebut loyo bahkan NAB nya stagnan karena tim nya pindah ke perusahaan lain sementara MI tersebut kesulitan mencari tim baru yang tangguh.
DCA lagi atau langsung Lumpsum
Saya pembaca pasif portalreksadana dan terus terang saya sangat bersyukur sekali dengan keberadaan portal ini dimana bisa menjadi sarana yang baik untuk edukasi ttg reksadana khususnya bagi saya yang pemula ini. Terkait dengan pertanyaan bro hiswardhani, yang ingin saya tanyakan jika setelah ditimbang2 maka kita sampai pada keputusan untuk mengalihkan dana kita dari RDS lama ke RDS lain yang berdasarkan kinerja historis sepanjang tahun 2012 ini menunjukkan kinerja yang lebih baik, sebaiknya langkah apa yang harus saya lakukan :
1. Redeem semua RDS lama kemudian lumpsum ke RDS yang baru?
2. Redeem sebagian RDS lama kemudian lumpsum ke RDS yang baru?
3. Atau, baik redeem RDS lama yang nantinya akan digunakan sebagai dana utk top up RDS baru sama2 menggunakan metode DCA?
Ohya saya baru tiga tahun investasi reksadana dan saya berkomitmen untuk melakukan DCA (60%) RDS dan (40%) RDPT utuk jangka panjang (15 tahun). Harapan/target saya dana saya bisa bertumbuh 15% p.a.
Terimakasih.Maaf jika pertanyaannya tdk berbobot.
Biasanya yang cocok jenis index atau ETF
Biasanya yang cocok untuk DCA adalah produk reksadana berbasis index ataupun ETF, mengingat beragamnya strategi portfolio manajer investasi, dan sering tidak selalu mengikuti pergerakan arah bursa, kadang-kadang gagal untuk outperform bursa.
Saya melihat kecenderungannya saat ini pasar modal kita semakin efisien, sehingga ke depan nya strategi-strategi investasi para MI akan semakin terbatas dan akan lebih menguntungkan memilih reksadana yang berbasis index maupun ETF atau jika di luar itu pilih reksadana yang menekankan kombinasi growth dan value investing.
Eh ini pendapat pribadi saya lho ya.
Matur nuwun atas
Matur nuwun atas pencerahannya...
Kalo nanya ke pak DewAsmara selalu mendapat lebih lebih dari yang diharapkan.
Semoga pak DewAsmara senantiasa diberikan kesehatan dan panjang umur... Amiin :)
*Ngintip RD berbasis index & ETF
DCA untuk RDPT / RDS
Selamat pagi,
Terima kasih untuk responnya. Kebetulan mengenai DCA untuk RDS/RDPT ini saya alami sendiri. Saya DCS di RDS sejak Jan 2012 s/d saat ini, terlihat memang antara bulan Jan, Feb, Mar, dst, ada bulan-bulan dimana saya mendapat NAV per unit sedang tinggi dan juga rendah (variasi) dan sepemahaman saya memang ini tujuan dari DCA.
Tetapi untuk DCA di RDPT (mungkin juga karena RDPT yg saya pilih cukup baik kinerjanya atau memang sifat RDPT yang tidak terlalu fluktuatif), sehingga dari 12 bulan ini, dari awal thn NAV per unitnya selalu naik (hanya 1x di Sept turun)... yang artinya jika uang 12 jt (yg skrg di-DCA-kan 1 jt per bulan) diinvest lump sum di Januari, tentu akan mendapat UP yang lebih banyak.
Inilah yang saya pertanyakan, apakah ada rekan-rekan yang juga mengamati hal serupa untuk RDS/RDPT.
Terima kasih.
mohon dishare
kalau boleh mohon di share nama RDPT nya.. siapa tau bisa saya contek :) saya masih bingung untuk pilihan produk inves di RD.
thanks
DCA
Utk DCA RDPT, saya jg mengalami pemikiran Seperti yg states tulis
Kenaikannya memang menanjak terus, tetapi menurut pribadi saya, lebih baik lump sum di awal
:)
Va dan Dynamic rebalancing
Pak Dunk,
Saya new bie nih, tertarik membeli reksadana saham sistem VA ini untuk biaya pendidikan anak2 dan persiapan pensiun.
Bagaimanakah cara menghitungnya dengan kalkulator atau soft ware yang
membantu karena saya kesulitan untuk menghitung dengan manual.
Satu lagi ni Pak,sistem VA ini apakah sama dengan sistem Dynamic Avareging dan Dynamic Balancing yang saya baca di Kontan Olnline tulisan Pak Rudiyanto.
Mohon bantuannya, makasih :D
Value Averaging & DCA ??
Bro Dunkz.. seandainya value averagingnya di kombinasi dengan DCA bisa ggak ya ?? misalkan pembelian reksadana Rp. 6 jt, dengan target hasil investasi 12 %, tetapi dalam prosesnya 6 jt tsb akan disetorkan tiap bulan 1 jt selama 6 bulan dan targetnya pun menjadi 2% per bulan?? atau ada cara yg lebih gampang untuk kombinasinya ??
mohon pencerahannya...
@tuxbjm
Kalau saya melihat, cara Anda tersebut malah murni merupakan VA, bukan DCA. Perlu diingat, perbedaan yang cukup mendasar antara DCA dan VA adalah adanya backup dana yang cukup untuk menambal investasi kita pada saat yang kurang baik (pada VA).
Semoga bisa membantu :)
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
ttg perubahan IHSG..
Bro Dunkz,
.. satu lagi nih Bro, tentang perubahan IHSG yg Bro tampilkan di tabel, apakah perubahan tersebut kumulatif per 6 bulan atau nilai index penutupan pada saat kita mau redeem/ top up ?? kalo misalnya saya beli schroder dana prestasi plus, berarti yang digunakan adalah NAB hariannya ??
terima kasih sebelumnya..
Yang saya maksud adalah
Yang saya maksud adalah perubahan IHSG selama 6 bulan tsb. Kalau bulan Juni IHSG 1000 dan Desember 1200, artinya perubahannya 20%.
Perubahan IHSG definisnya mirip dengan return RD.
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
Value Averaging Books
Buat yang tertarik dengan buku value averaging
bisa dicheck di Value Averaging
check my blogs at http://simplevalue.blogspot.com
Sharing strategy "Passion4U Value Growth"
Bro dunkz ...
it took me quite a while for understanding your illustration. Dan ternyata strategy yang bro dunkz kemukakan diatas hampir sama dengan strategy yang sekarang saya pakai (memang ada sedikit perbedaan). Strategy yang akan saya kemukakan dibawah ini mengalami banyak evolusi dan sekarang strategy ini yang terakhir saya miliki. Secara singkat ini strategy saya ... biar bisa disharing juga disini dan dipelajari apabila ada yang berminat :
Selama ini saya nggak tahu apa nama strategy saya itu ... thanks to bro dunkz akhirnya saya tahu kalo nama strategy yang saya lakukan mendekati "Value Averaging". Tapi karena kekatrok-an saya mungkin value averaging style saya tidak sama persis dengan strategy yang bro dunkz berikan diatas. Let say this is Passion4U Value Growth Strategy.
Mudah-mudahan strategy saya yang sederhana ini bisa bermanfaat bagi teman-teman lain yang juga masih mencari strategy. Hehehe bisa jadi bahan tambahan buat bikin buku nich ...
Seorang Newbie - P a s s i o n 4 U
Don't walk in front of me, I may not follow. Don't walk behind me, I may not lead. Walk beside me and be my friend.
@bro Passion4U
Sepertinya memang mirip bro. Namun ada satu hal lagi yang perlu kita perhatikan. redeem reksadana saat returnnya berlebih akan menambah "tabungan" kita jika suatu saat nanti kita terpaksa harus menambal investasi kita jika sedang turun. "tabungan" itu akan terasa sangat berguna jika jumlah penurunannya cukup besar.
Selain itu memang subscribe dan redeem fee memegang peranan yang penting dlm menerapkan strategi ini.
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
Wise comment bro dunkz
Bro dunkz ...
sampe sekarang saya masih sering amaze sama komentar bro ... singkat, padat dan langsung kena sasaran. Ane rasa ane harus banyak belajar dari bro dunkz (kalo ane ngomong suka ngelantur soalnya hehehe). Hanya 1 kata dari bro dunkz dan ane sudah dapat solusi dari bugs dalam strategi ane ... btw tapi kayaknya ane bakalan menerapkan hanya mengambil 50% dari excess return yang ane dapatkan (sayang atas multiplier effect gain-nya kalo ditarik semua). Anyway your thought and comment always inspire me ...
Taruh dimana ya "tabungan"nya, taruh di rd pasar uang aja kali ya biar growthnya masih ok (tapi terpaksa harus redeem dong ... kena biaya redeem yang gede lagi) ... or masukin reksadana pendapatan tetap "cadangan" biar nanti gampang diswitch lagi (khan cuma kena switching fee yg nggak segede redeem fee... yayaya kayaknya lebih bagus gitu) ... tuch khan one comment dari bro dunkz dan sudah banyak alternatif strategy yang bisa ane petik ...
Once again thanks to my fave contributor : bro dunkz ... tepuk tangan dulu dong buat bro dunkz. Ane udah tepuk tangan dan tepuk kaki nich buat bro dunkz.
Seorang Newbie - P a s s i o n 4 U
Don't walk in front of me, I may not follow. Don't walk behind me, I may not lead. Walk beside me and be my friend.
Senior yang suka merendah
Bro Passion4U ini senior yang sangat rendah hati walaupun ilmunya sudah tinggi :)
Saya harus masih belajar banyak mengenai TA dari bro Passion4U ini.
Salut Bro.
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
Redeem keuntungan
Bro2
Mau tanya nih, saat target sidah tercapai (untuk menghitung evaluasi target 1 tahun), apakah yg diambil kelebihan persentasi dari target atau keuntungan target tersebut.
Misalnya:
Invest 1jt di awal, target 1 tahun 25%, saat evaluasi dan ada keuntungan (30%),
Target 25% hasilnya 1250000
Nilai 30% hasilnya 1300000
Saat kita redeem hasilnya didapat, apakah:
1. 1300000 - 1250000 = 50000 atau
2. 1300000 - 1000000 = 300000 dan tahun berikutnya kembali ke modal 1000000
N sama juga bila mencapai target, apakah:
1. Hasil 25% diambil dan disimpen sebagai cadangan bila target tidak tercapai di tahun berikutnya dengan modal awal yg masih ada atau
2. Biarkan saja karena sesuai target
Mohon pencerahan nya donk, baru mulai invest nih.
Perhitungan matang apa saja?
Bagus sekali Bro... Salut pengetahuan anda benar2 luas.
Saya sudah menangkap maksud strategi ini, cuma di akhir Bro Dunkz memberikan warning. Bisa diperinci lagi Perhitungan apa saja yg harus dilakukan jika akan menerapkan strategi ini ? maklum saya awam banget.
Sepertinya bisa diartikan dengan Value Averaging ini otomatis mendorong kita utk tambah amunisi saat pasar lemah, dan petik buah nya jika sudah lebih target (ambil untung) ?
Terima kasih,
Dudi
@maududi
Hal-hal penting yang perlu kita pertimbangkan sebelum menerapkan strategi ini:
Memang strategi ini lumayan berisiko. Oleh karena itu, ada baiknya mempertimbangkan penggunaan strategi ini pada reksadana pendapatan tetap atau reksadana campuran yang fluktuasinya tidak terlalu besar.
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
Sorak Gembira
Hmmm semakin jelas bro Dunkz
Bro Passion,
Setelah tepuk tangan mari sorak gembira :)
Satu lagi ilmu nambah.. tabungan buat nanti kalau sudah saatnya diterapkan ;)
Berarti Passion4U Value Growth adalah kombinasi dari DCA dan VA :)
Bro Passion ambil 50% dari kelebihan target jadi sayang iya kalau next period nya tumbuh plus, kalau minus kan berarti kehilangan keuntungan?
Atau target growth nya sendiri perlu di-update sesuai kondisi pasar? tapi susah kayaknya ya buat yg awam spt saya mendeteksi pasar :(
The Main Concept of "Passion4U Value Growth"
Bro maududi ...
terus terang strategi ane masih terus evolve so masih terus mencari bentuk ... Satu perbedaan strategy ane dengan strategy yang dikemukakan bro dunkz di atas adalah ane menerapkan "active portfolio management". Artinya ane selalu masuk dan keluar pasar mengikuti swing pasar yang sedang berlaku ...So ane sedapat mungkin menghindari pertumbuhan yang minus akibat kondisi pasar (sedapat mungkin ya ... artinya usaha ... tapi kalo masih minus juga ya at least nggak sebesar minus di pasar)
Sebagai contoh ... saat bursa longsor saat ini ane sudah jauh-jauh hari ada dalam posisi reksadana pendapatan tetap yang notabene penurunannya tidak setajam reksadana saham. Saat bursa hampir mendekati bottom seperti sekarang (ada support kuat di IHSG di 2150, kalo lewat lagi bye bye secara teori dia akan heading ke 1950) ane akan mempertimbangkan untuk masuk lagi ke rd saham karena value entrynya sudah sangat baik (risk to reward rationya sudah sangat ok - please refer pada materi KDR for more explaination). Apakah tindakan ane selalu benar ... ya enggak kadang salah juga ... makanya ane melakukan juga aksi cover kalo ekspektasi growthnya tidak sesuai dengan harapan. Aksi cover ini yang mulai sekarang ane akan design ambil dari 50 % excess return yang melebihi target (thanks for bro dunkz for the enlightment).
So ada perbedaan mendasar dengan strategi value averaging yang dikemukakan bro dunkz dipandang dari cara memanage portfolio (ane aktif, value averaging pasif). So makanya ane namakan strategy ane "Value Growth" (suka-suka ane toch kasi nama ... dulu PRD Matrix juga kita kasi nama suka-suka aja ... hehehe) yang ane defenisikan sebagai kombinasi dari :
Seorang Newbie - P a s s i o n 4 U
Don't walk in front of me, I may not follow. Don't walk behind me, I may not lead. Walk beside me and be my friend.
Dimana belajar TA
Wuoowww... Bro Passion & Bru Dunkz emang keren.. Kombinasi yang sangat bagus. Bro Passion menekankan ke-aktif-an, Dunkz berikan cara yg lebih gampang diikuti para awamer :)
Bro Passion, boleh sharing, dimana belajar TA, ada referensi buku2 atau situs gitu ? Gue gak sempat ikutan KDR april lalu, maklum jauh dari Jakarta, bisa sharing materi nya ?
Saya sangat tertarik sekali melihat kecermatan anda.
Tengkyu,
Dudi
Strategi Investasi
Para suhu yth, sbg pemula ane sangat tertarik dengan subject strategi investasi ini. Cuma memang otak ane nyang cekak, kayaknya lebih klop kalo diada kan pencerahan spt KDR (sayang ane juga kagak kebagian KDR) utk subject ini. TQ.
porfolio ada yang kosong
maaf sy seorang newbie yg gencar ke portal ini dalam seminggu terakhir. sy byk belajar. mau tanya ama yg senior2 apa bener kalo mau beli rd harga nab tidak penting? maaf krn uang msh pas2 an yg mau diinvest. trus di beberapa jenis rd difitur ini kok daftar jenis portfolio nya kosong ya?
trimakasih.
jdas
Benar. Saat berinvestasi di RD. NAB sebenarnya tidak terlalu penting. Yang lebih penting adalah perubahan NAB nya. Namun bisa menjadi patokan bahwa jika MI telah dapat mencapai NAB yang besar artinya MI mampu untuk memberikan return yang cukup besar pada jangka waktu tertentu. Bagi kita yang baru masuk, biasanya hanya memperhitungkan perubahannya saja.
Mengenai kosongnya portfolio untuk beberapa jenis RD setau saya memang dari source data di Bapepam memang tidak ada.
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
periode top up
mohon pencerahannya..
saya sendiri masih sangat noob soal RD, baru seminggu ini mencari tahu, dan bertemu dengan portalreksadana
setelah membaca sana sini, akhirnya sampai ke artikel strategi yang satu ini..
mata mulai terbuka, sebelumnya masih sangat² bingung dengan path yg harus saya ambil, apakah investor atau trader
di satu pihak saya orangnya angin²an, kadang rajin check, kadang malas.. dan di lain pihak (sesuai artikel bro passion4u) saya sadar kalau jiwa saya lebih ke trader (yg saya yakin hampir semua orang pasti mau untung ga mau rugi)
baca sana sini juga terbaca adanya KDR, sayangnya saya berdomisili di Batam, padahal sangat ingin belajar bagaimana cara memprediksi bottom line dari penurunan indeks
mohon bantuannya untuk sedikit diulas tentang yang satu ini..
selanjutnya berdasarkan artikel di atas, berarti jika saya bisa menemukan MI yang tidak mengenakan fee untuk switch ataupun subscription, maka sah sah saja periode top up per 1 bulan, benarkah begitu? (kalo subscription mungkin tidak terlalu pengaruh ya? karna mau tiap bulan ataw diakumulasi 6 bulan baru top up, tetap saja potongan segitu? cmiiw)
jadi sampai sini saya berkesimpulan
membeli RDS sambil tetap memantau perkembangan indeks, switch ke RDPT di saat bearish, kembali ke RDS saat bullish kembali, dan top up secara berkala dgn ammount yang tetap ke account saat itu (RDS / RDPT)
saya menangkap walau ternyata pasar tidak bearish (saya salah prediksi) tapi terlanjur switch, jika switching tidak dikenakan biaya, maka saya sebenarnya juga tidak rugi.
atau saya salah? mohon bantuan saran lebih baiknya bagaimana
satu²nya yang menjadi beban pikiran sampai saat ini hanyalah mencari tau kapan pasar bullish dan bearish..
kembali lagi ke TA... :lol:
mohon komentar dan bantuannya, apakah strategi ini bagus untuk pemula seperti saya (pemula agressive, hehe)
Learning in Progress