ETF vs Reksa Dana Indeks
ETF (Exchange-Traded Fund) merupakan wahana investasi yang relatif baru di negeri kita ini. Produk ETF yang ada saat ini ada dua, yaitu ABF IBI Fund dan Premier ETF LQ-45. ABF IBI Fund menggunakan portfolio indeks obligasi sebagai patokan sedangkan Premier ETF LQ-45 menggunakan indeks LQ-45 sebagai indeks patokan. Sebelum ETF muncul, kita telah terlebih dahulu mengenal reksa dana indeks, yaitu Danareksa Indeks Syariah. Reksa dana ini menggunakan indeks JII (Jakarta Islamic Index) sebagai acuan. Baik ETF maupun reksa dana indeks berusaha menirukan kinerja dari indeks acuannya. Lalu apa perbedaan keduanya?
Reksa Dana Indeks Proses pembentukan reksa dana indeks sama dengan reksa dana pada umumnya. Mari kita perhatikan gambar berikut:
Manajer investasi akan membeli saham-saham di pasar sampai dengan komposisinya menyamai indeks. Tentu saja dalam perjalanannya nanti akan terjadi sedikit perbedaan kinerja dengan indeks acuan. Perbedaan ini disebut dengan tracking error. Setiap beberapa bulan sekali, manajer investasi akan menata ulang portfolionya untuk meminimalisasi tracking error ini. Manajer investasi kemudian menjual membeli unit penyertaan kepada para investor. ETF Dealer partisipan akan membeli saham-saham di pasar dengan komposisi yang saham dengan indeks acuan sampai dengan jumlah tertentu. Saham-saham yang telah dibeli ini kemudian ditukarkan dengan unit kreasi yang dibuat oleh manajer investasi ETF. Setelah memiliki unit kreasi yang dimiliki oleh dealer partisipan dapat disimpan sendiri atau dijual ke pasar setelah dipecah-pecah dalam bentuk unit penyertaan. Satuan penjualan di pasar adalah lot (500 unit penyertaan). Sama halnya dengan reksa dana indeks, pengelolaan ETF juga bersifat pasif sehingga management fee nya pun relatif rendah jika dibandingkan dengan reksa dana saham pada umumnya.
Walaupun terdapat beberapa perbedaan, ETF dan reksa dana indeks memiliki persamaan: Lalu mana yang kita pilih?Jika kita adalah investor pasif, maka baik ETF maupun reksa dana indeks sama saja. Namun jika kita adalah investor aktif, maka ETF merupakan pilihan yang lebih baik karena dapat diperdagangkan secara real-time tanpa harus menunggu berakhirnya sesi perdagangan. Baik ETF maupun reksa dana menawarkan satu keunggulan yaitu memiliki kinerja yang menyamai indeks acuan dengan biaya pengelolaan rendah. Namun ada hal lain yang harus kita perhatikan. Saat ini volume perdagangan ETF sangat rendah sehingga mengakibatkan lebarnya spread (perbedaan) antara harga bid dan offer di pasar. FYI, ’bid’ adalah harga yang kita dapatkan jika ingin menjual ETF saat itu juga sedangkan ’offer’ adalah harga yang kita dapatkan jika kita ingin membeli ETF saat itu juga. Selain itu, karena tidak ada keharusan bahwa harga unit penyertaan ETF sama dengan NAV nya, maka terkadang terdapat perbedaan yang cukup besar antara harga dengan NAV nya. Jika kita jeli, maka kita dapat memanfaatkannya dengan membeli ETF jika harganya di bawah NAB dan menjualnya jika harganya lebih tinggi dari NAV nya. FYI, NAV ETF seharusnya sama dengan nilai indeks acuannya. Hal yang serupa dapat pula dilakukan oleh dealer partisipan untuk menambah keuntungan. Saat harga ETF lebih tinggi daripada indeks acuan, maka dealer partisipan akan membeli saham-saham penyusun portfolio ETF di pasar dan kemudian menjual unit kreasi yang dimilikinya kepada manajer investasi ETF. Demikian pula jika harga ETF lebih rendah daripada indeks acuannya, maka dealer partisipan dapat menjual saham-saham penyusun portfolio ETF dan menggunakan dana yang didapat untuk membeli unit kreasi dari manajer investasi ETF. Tindakan ini disebut dengan arbitrage. Demikian sedikit paparan mengenai ETF dan reksa dana indeks. Selamat berinvestasi! Artikel ini juga di post di http://warung-reksadana.blogspot.com
|
Comments
Fakta Mengejutkan RDS dan RDI
Saya ingin ikutan diskusi ttg ETF dan RDI, tapi saya posting ke thread yang benar, walaupun terakhir bro Dunkz menulis ini persis lima tahun lalu, yaitu 7 Maret 2008... hehe
Saya dapat pencerahan dari twitter yang mengantarkan saya ke artikel Tigor Siagian berjudul Pilih Mana: Reksa Dana dengan atau tanpa Biaya Penjualan?. Intinya, justru kita harus lebih concern dengan "biaya yang tidak nampak" yaitu management fee, biaya kustodian, biaya agen penjual.
Kenapa mengejutkan? Ternyata RD Indeks memberikan return aktual lebih tinggi ketimbang RD Saham. Total biaya yang menggerus investasi kita juga jauhhh lebih kecil pada RD Indeks. Monggo2 selamat menikmati langsung artikelnya, semoga bro Tigor Siagian juga makin sering sharing insight seperti ini :)
waduh.. pemula kayak ane
waduh.. pemula kayak ane apalagi tuh reksadana index ? (~__~") selama ini ane hya tau RDS yang dijual di agen2 penjual.
produk reksadana index contohnya dijual di agen mana gan? biar lebih mudah ane pelajari perbedaannya
thx
Itu kan teori.. management
Itu kan teori.. management fee dan custodian sdh terhitung di nab per unit dan klo di track return rds konvensional umumnya lbh tinggi dr rd index.
Utk biaya penjualan, bener hrs berhitung utk rds yg kinerja hampir sama maka mending cr yg fee jual beli 0%, kecuali kalo returnnya emang bagus gpp deh bayar fee beli.
Klo di amrik, mungkin bener rd index akan lebih bagus. Krn fee rds konvensional di sana relatif tinggi (bisa berkisar 5%) dan pasar relatif efisien shg dlm jangka panjang umunya tdk bisa mengalahkan benchmark. Kemudian muncul rd index, yg krn dikelola pasif maka fee bener2 lebih rendah dr rds konvensional.
Klo di indonesia kan mlh kebalik, fee beli rd index cukup tinggi tp kinerjanya setahu sy blom pernah yg melampaui rds konvensional.
Just another opinion y bro gebet...
bro ito, welcome back
noted bro ito, fee kustodian dan mgmnt fee sdh tercermin di NAB. apakabarr bro ito, lama tidak posting nih bro, welcome back :)
Iya, jd silent reader ae
Iya, jd silent reader ae nh... banyak pakar dan ilmu2 baru skg di portal ini ya :)
Pada akhirnya tergantung persepsi investor
Kalau dibaca secara hati-hati pada akhirnya semua tergantung pada persepsi investor, untuk mereka yang rutin DCA maupun trading (bukan investor lump sump) biaya termurah memang ada pada ETF/RDI.
Namun kalau tipikal investor lump sump yang hanya masuk partai besar saat bursa longsor dalam, which is dalam setahun paling hanya sekali hingga tiga kali, RDS konvensional masih memberikan hasil terbaik.
@bro dewAsmara saya kurang yakin
bro mengenai RDS konvensional lebih baik pada saat seperti itu.. Aku ga yakin bro. Menurutku tergantung juga produk RDS nya yang mana? disebabkan ketergantungan pada manajer investasinya bagus ga
Ya itu dia hahaha
Ya makanya itu, tergantung dari RDS nya, nggak semua RDS kan layak dilihat dari sisi biaya vs performance :)
jalan panjang ETF
Semakin banyak pilihan investasi dengan adanya varian yg dikembangkan dari Reksadana...RD Indeks plus ETF ^^.
Hanya saja menurut saya, masih cukup panjang jalan untuk menjadikan ETF sebagai instrumen investasi pilihan. Selain masalah likuiditas, basis ETF yaitu RD Indeks atau Indeks itu sendiri belum banyak "dilirik". Konsep mengikuti kinerja indeks dan bukannya "mengalahkan" Indeks sulit dipahami bagi sebagian orang...ini mungkin jg yg menyebabkan dana kelolaan DINAR saat ini baru 150an M (mekipun rencananya Danareksa juga mau ngeluarkan RDI basis kompas 100)
Satu yg agak mengganggu pikiran...jika ETF di tradingkan dengan basis Indeks, selain memonitoring Indeks berarti emiten pembentuk indeks juga mesti diikuti pergerakannya. Apa saja emiten pembentuk LQ45, atau JII. Sayangnya pasar modal kita masih jauh dari efisien...perbedaan kapitalisasi pasar antara satu emiten dgn emiten yg lain sangat besar. Jika saham kapitalisasi besar macam BUMI turun, maka efeknya sangat besar bagi Indeks...efeknya bagi IHSG mungkin tidak gitu2 banget, meski kapitalisasi pasarnya hampir 15% IHSG. Tapi bgmn dgn JII misalnya...dgn emiten "cuma" 30, maka efek BUMI sangat2 besar (kalau dilihat dari komposisi RDI, BUMI mencapai hampir 25% pembentuk JII)...bisa kita lihat tgl 3 Juli kemarin...saat BUMI turun sampai 13%, IHSG dan LQ45 "cuma" turun 2%, tapi JII turun lebih dalam 6%. yaah itu resiko :)
Sehingga dalam bayangan saya, hanya melototi pergerakan LQ45 sebelum ambil posisi bid atau offer ETF mungkin masih belum cukup, rasa penasaran mengikuti emiten2 pembentuk indeks pasti ada. Jika hal itu mg terjadi...hmmm, lumayan juga ya kalau mesti mengikuti rumor, chart dan TA dari 2, 3, 4, atau 5 emiten sekaligus ;);-)
Just my point of view :D :-D
Salam,
Pemula
@Tukul
Kalau dipandang dari sudut pandang investor, ETF ini sangat menguntungkan karena memiliki kinerja menyamai indeks dengan management fee yang sangat rendah. Selain itu, entry fee nya sama dengan beli saham yaitu 0.2%-0.3, sangat murah.
Jangan lupakan, bahwa ETF ini secara implisit sebenarnya kinerjanya di atas indeks karena ada dividen yang dibagikan secara berkala dan tidak diperhitungkan dalam harganya.
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
bagi yang suka melakukan
bagi yang suka melakukan trading direksadana mungkin ETF pilihan yang tepat, karena sebenarnya ETF adalah reksadana tapi diperjualbelikan di bursa seperti halnya saham. cuman sayangnya ETF yang ada saat ini nggak liquid. siapa mau jadi provokator buat bikin ETF liquid :D
Kriteria pemilihan reksadana index & ETF
Bila suatu ketika reksadana index dan ETF menjadi trend dan banyak MI yang akhirnya menerbitkan produk serupa, apa yg bisa dijadikan kriteria bagi konsumen utk menentukan pilihan? Fee yg paling murah atau hal lain? Mengingat return yg diperoleh masing2 produk kemungkinannya akan relatif sama baik antar-produk maupun dgn index tertentu.
Namun bila saya melihat grafik Reksadana Premier ETF LQ-45, ternyata kinerjanya tidak persis sama dengan LQ-45 di dua bulan terakhir. Kira-kira apa penyebabnya? Apakah pihak MI tidak selalu konsisten menyesuaikan portofolio reksadana ETF dgn komposisi saham pembentuk LQ-45?
Lalu kenapa utk saat ini reksadana index & ETF jumlahnya masih sangat sedikit (dua unit)? Apakah karena fee yang kecil hingga menyebabkan MI kurang tertarik dengan produk ini atau ada hal lain?
Terimakasih, bro dunkz.
@dodydh
Mengenai kriteria pemilihan ETF, nanti ada topik bahasannya lagi. Sabar yah :)
Ketidaksesuaian kinerja ETF LQ-45 itu disebut dengan tracking error. Biasanya penyesuaian akan dilakukan setiap 3 bulan sekali. Kemungkinan penyebab lain adalah likuditasnya yang masih rendah.
Di Indonesia ETF memang masih sangat sedikit. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya edukasi kepada masyarakat. Harus dapat dimaklumi, ETF LQ-45 pun baru lahir akhir tahun 2007. Selain itu, keharusan untuk mendaftarkan diri sebagai nasabah sekuritas juga menjadi hambatan tersendiri bagi perkembangan ETF ini.
Padahal kalau dilihat potensinya, ETF ini adalah instrumen yang cukup bagus lho. Terjamin menyamai indeks dengan fee rendah, dan dapat dividen lagi :)
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com
Mari berdoa ETF liquid ...
Benul bro dunkz ...
masalah utama ETF adalah masalah liquiditas dan spread harga di market yang agak gede dengan actual underlyingnya. Ane terus terang terus memantau perkembangan ETF ini ... tapi memang sepertinya masih harus banyak edukasi dulu ...
Ane dari dulu merasa ETF adalah instrument yang paling tepat dengan gaya style investasi ane ... tapi sayangnya disini belum semature di Amerika ... so alhasil ane masih main di reksadana saham dulu aja ... hehehe ... Memang kayak telor dan ayam ...
Ada investor kayak ane yang mau invest di ETF tapi batal masuk ETF karena melihat marketnya masih sepi ... tapi gimana mo rame kalo investornya pada ngeri ngelihat liquiditasnya ... Kondisi yang sama sebenarnya terjadi pada KOS (Kontrak Opsi Saham) kita dan LQ-45 Futures ... pasarnya masih jauh dari panggang api ...
Mari kita nantikan gebrakan dari Treasure Fund yang katanya mau meluncurkan ETF LQ-45 sebentar lagi dengan memperbanyak market maker (sebenarnya yang diperlukan bukan market maker yg banyak ... tapi jumlah investor ETF aktif yang banyak... gimana bisa jadi market maker kalo investornya masih pada ragu invest ... hehehe) .... anyway ane sich nggak mau gambling masuk ke market yang masih sepi ...
Seorang Newbie - P a s s i o n 4 U
Don't walk in front of me, I may not follow. Don't walk behind me, I may not lead. Walk beside me and be my friend.
Perhitungan deviden
Bro, bagaimana bentuk kenikmatan yang didapat investor ETF maupun RDI saat saham2 penyusunnya membagikan deviden? Kalo RDS pada umumnya dalam bentuk peningkatan NAV, sementara ETF dan RDI didesain untuk ber-'poco-poco' seiring indeks rujukannya.
Terima kasih :)
@ekanata
Kalau ETF dividen dibagikan secara tunai setiap 3 bulan. Sedangkan RDI ini yang agak kurang jelas. Apakah dimasukkan dalam NAV atau dibagikan secara cash.
"invest your time before invest your money"
visit my blog at http://warung-reksadana.blogspot.com