Indonesia Masih yang Terkuat di Antara The Fragile Five

mnwiria's picture

Di antara negara-negara emerging markets, kelima negara ini selama tahun 2013 mengalami pelemahan mata uang paling signifikan. Pelemahan mata uang ini dipicu buruk ya kondisi makroekonomi kelimanya: inflasi yang tinggi, rasio defisit neraca berjalan yang tinggi terhadap PDB, pelemahan pertumbuhan ekonomi serta keluarnya aliran dana asing dari pasar modal. Keputusan bank sentral AS The Federal Reserve untuk mengurangi pembelian obligasi (tapering) dinilai memperparah kelemahan fundamental kelima negara ini.

Kelima negara The Fragile Five juga memiliki ketergantungan tinggi atas aliran dana asing (hot money). Keputusan bank sentral AS untuk mengurangi pembelian obligasi oleh (Fed tapering) mulai bulan Januari menimbulkan ekspektasi bahwa suku bunga AS akan naik, sehingga mengakibatkan keluarnya hot money dari emerging markets kembali ke AS dan negara-negara maju lainnya (flight to safety). Lemahnya fundamental ekonomi kelima negara The Fragile Five membuat keyakinan para investor (investor confidence) menurun sehingga memicu keluarnya hot money dari kelima negara ini. Tingginya ketergantungan kelima negara the Fragile Five terhadap aliran dana asing menyebabkan mata uang mereka tertekan seiring keluarnya arus dana asing. Sebenarnya hal ini bukanlah sesuatu yang baru, mengingat memang mata uang kelima negara ini bergejolak dan setiap kali terjadi arus dana asing keluar maka mata uangnya akan melemah sehingga memaksa bank sentral untuk menaikkan tingkat suku bunga demi meredam pelemahan mata uangnya.

Infografik 1: The Fragile Five

Sumber: Saxo Capital Markets

Selain merupakan 5 negara dengan pelemahan mata uang paling signifikan di kalangan emerging markets, The Fragile Five ini memiliki kesamaan sebagai berikut:
(1) Defisit transaksi berjalan (current account deficit) yang cenderung meningkat (lihat infografik 2)
(2) Kelima negara ini akan mengadakan pemilihan umum pada tahun 2014 (lihat tabel 3)

Infografik 2: The Fragile Five - Rasio Surplus/Defisit Transaksi Berjalan Terhadap PDB (%)

Sumber: Thomson Reuters

Dengan masuknya Indonesia dalam kelompok The Fragile Five, apakah ini berarti masa depan Indonesia suram? Bagaimana kondisi Indonesia dibandingkan dengan empat negara lainnya dalam kelompok ini? Mari kita telaah lebih lanjut.

Perbandingan kondisi ekonomi The Fragile Five

Tabel 1: The Fragile Five - Kondisi makroekonomi 2013

Sumber: tradingeconomics.com, Schroders, Thomson Reuters Datastream
* Data CAD per 30 September 2013
GDP growth: pertumbuhan ekonomi
Currency performance: kinerja mata uang terhadap USD. Angka negatif menunjukkan pelemahan.
Debt to GDP ratio: rasio utang terhadap Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB)
CAD/GDP: rasio defisit transaksi berjalan terhadap PDB
FXR/GEFR: rasio cadangan devisa terhadap ke kebutuhan pembiayaan eksternal bruto. Gross External Financing Requirement (GEFR) adalah dirumuskan sebagai jumlah atas defisit transaksi berjalan dan utang luar negeri jangka pendek.

Dalam tabel 1 terangkum data makroekonomi kelima negara Fragile Five. Seperti disampaikan Ankur Shah, contributing editor dari The World Money Analyst, emerging markets seringkali dipandang sebagai satu unit yang bergerak bersamaan, namun sebenarnya berdasarkan nalar kita perlu menyadari bahwa emerging markets merupakan kumpulan dari berbagai negara dengan karakteristiknya masing-masing. Dalam hal ini investor perlu melihat negara-negara ini satu persatu, karena negara-negara yang dipandang paling lemah pun terkadang kondisi sebenarnya tidaklah seburuk apa yang diberitakan. Penting untuk memilah negara mana saja yang benar-benar mengalami masalah.

Jika kita perhatikan, maka terlihat bahwa kondisi Indonesia sebenarnya merupakan yang terbaik di antara the Fragile Five. Meski pertumbuhan ekonomi tahun 2013 tercatat menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun angka pertumbuhan ini masih merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Bahkan data dari tradingeconomics.com menunjukkan bahwa di tahun 2013 Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi kedua tertinggi di kalangan negara-negara G-20.

Tabel 2: Pertumbuhan PDB 2013 di Negara-Negara G20 - tertinggi hingga terendah

Sumber: tradingeconomics.com

Meski melemah paling dalam selama 2013 akibat kekhawatiran investor akan kondisi defisit transaksi berjalan Indonesia, namun Rupiah sudah mulai menguat saat ini ke level di bawah 12.000 per dollar AS. Berdasarkan data kurs tengah USD/IDR dari Bank Indonesia, per 14 Februari 2014 Rupiah sudah menguat 3% dari posisi akhir tahun 2013, suatu penguatan yang cukup signifikan. Aksi Bank Indonesia menaikkan suku bunga secara agresif (175 basis poin selama 2013) juga berhasil menjaga defisit transaksi berjalan dan inflasi tetap terkontrol.

Dari segi rasio utang terhadap PDB, Indonesia memiliki rasio terendah yaitu sebesar 23,10%. Pengalaman pahit semasa krisis finansial Asia 1997/98 telah membuat kita lebih hati-hati dalam berutang. Grafik berikut menunjukkan bahwa selain memiliki debt to GDP ratio terendah di antara The Fragile Five, Indonesia memiliki tren penurunan yang paling signifikan.

Grafik 1: The Fragile Five - Rasio Utang Pemerintah Terhadap PDB 2005-2013 (%)

Sumber: tradingeconomics.com. Data tahun 2009 untuk Brasil tidak tersedia.

Jika dibandingkan dengan keempat negara The Fragile Five lainnya, rasio defisit transaksi berjalan terhadap PDB (CAD to GDP ratio) tidaklah terlalu buruk. Data makroekonomi yang tercatat semakin membaik juga telah berhasil memperkecil defisit transaksi berjalan yang pada gilirannya mendukung penguatan Rupiah. Pada tanggal 13 Februari 2014 Bank Indonesia mengumumkan posisi defisit transaksi berjalan di kuartal IV 2013 sebesar US$4 milyar atau setara dengan 198% PDB, di bawah perkiraan Bank Indonesia sebesar 3% dari PDB. Angka ini menggembirakan, mengingat pada kuartal II defisit tercatat sebesar US$ 9,8 milyar (4,4% dari PDB) lalu mengecil menjadi US$8,4 milyar (3,85%). Dengan demikian defisit transaksi berjalan sudah mengalami tren penurunan. Dalam hal ini surplus neraca perdagangan, khususnya yang disumbangkan oleh sektor non-migas memberikan kontribusi positif terhadap penyusutan defisit. Per kuartal IV 2013 surplus neraca perdagangan tercatat sebesar US$7 milyar, jauh melampaui surplus di kuartal III sebesar US$2,8 milyar, di mana pelemahan Rupiah selama kuartal IV membantu meredam impor non-migas.

Grafik 2: The Fragile Five - Rasio saldo transaksi berjalan terhadap PDB 2000-2013 (%)

Sumber: tradingeconomics.com. Angka positif menunjukkan surplus, sementara negatif menunjukkan defisit.

Posisi cadangan devisa Indonesia juga sudah semakin membaik. Setelah mencapai titik terendahnya di bulan Juli 2013 sebesar $92.7 milyar, cadangan devisa berangsur naik hingga mencapai $100,65 milyar di akhir Januari 2014. Ini mengindikasikan bahwa Bank Indonesia tidak melakukan banyak intervensi untuk mempertahankan nilai tukar Rupiah dan ini adalah pertanda baik. Kenaikan cadangan devisa ini dicapai setelah Indonesia membukukan surplus neraca perdagangan selama 3 bulan terakhir. Pelemahan Rupiah hingga 26% pada tahun 2013 membuat ekspor Indonesia menjadi lebih kompetitif. Selain itu penjualan obligasi pemerintah berdenominasi US Dollar juga membantu meningkatkan cadangan devisa. Berdasarkan data dari Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan RI, pada bulan Januari pemerintah berhasil menjual obligasi berdenominasi US Dollars sebesar $4 milyar.

Lebih lanjut Bank Indonesia juga optimis bahwa target inflasi di tahun 2014 bisa berada pada kisaran 3,5%-5,5% mengingat laju inflasi di awal tahun cukup terkendali. Bahkan di tahun 2013 berada pada level 8,38%,lebih rendah dari prediksi Bank Indonesia sebesar 9%-9,8%.

Pemilihan umum dan potensinya terhadap reformasi struktural

Tahun ini kelima negara The Fragile Five akan menyelenggarakan pemilihan umum, namun berbeda dengan keempat negara lainnya, prospek Indonesia adalah yang terbaik. Berdasarkan analisa Morgan Stanley Investment Management, alih kepemimpinan di Indonesia diperkirakan berlangsung mulus - tidak seperti Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan yang dinilai tidak akan mundur tanpa perlawanan, Morgan Stanley menilai bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan mundur dengan legowo. Ini akan memberikan kelegaan, mengingat pada masa kepemimpinannya yang kedua para analis menganggap reformasi terhambat dan popularitas beliau mengalami penurunan.

Sebagaimana terangkum dalam tabel 3, Morgan Stanley menilai bahwa Indonesia memiliki prospek paling cerah dibandingkan keempat negara lainnya dalam pemilu 2014 karena kandidat terkuat untuk pemimpinnya berpotensi positif untuk kemajuan Indonesia di masa mendatang. Meski kandidat unggulan Joko Widodo belum menyatakan kesediaannya untuk ikut dalam bursa calon presiden, Morgan Stanley menilai bahwa mencuatnya popularitas beliau dalam berbagai jajak pendapat sedikit banyak adalah karena rekam jejak keberhasilannya selama ini yang diraih melalui pola kerja yang mengedepankan kerja nyata, bukan pernyataan visi semata - inilah yang diperlukan Indonesia karena ini bisa mempercepat reformasi struktural yang perlu dilaksanakan, sehingga pada gilirannya dapat memperkuat kepercayaan investor terhadap Indonesia.

Tabel 3: The Fragile Five - Pemilu 2014 dan potensi pengaruhnya terhadap reformasi

Sumber: Eurasia Group, Bank of America Merrill Lynch. Dimuat di laporan Tales from the Emerging World, yang dirilis Morgan Stanley Investment Management, 3 Desember 2013.

Kinerja pasar modal
Kinerja pasar modal Indonesia juga merupakan yang terbaik di antara The Fragile Five. Per 14 Feb 2014, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil membukukan kenaikan sebesar 5,47% sejak awal tahun (YTD).

Tabel 4: Kinerja Pasar Saham Sejak Awal Tahun (YTD) 2014

Sumber: www.indexq.org. Data per 14 Feb 2014

Aliran dana asing masuk ke pasar modal Indonesia sepanjang 2014 juga masih positif, baik ke pasar saham maupun pasar obligasi - ini menyiratkan masih tingginya kepercayaan investor asing akan prospek Indonesia. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia, setelah terjadi penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 20,65 trilyun di tahun 2013, sejak awal tahun 2014 tercatat pembelian bersih (net buy) oleh investor asing di pasar saham Indonesia senilai Rp 5,66 trilyun. Dengan demikia berarti investor asing telah kembali ke pasar saham Indonesia.

Kondisi di pasar obligasi pemerintah juga tidaklah mengecewakan, karena kepemilikan asing di obligasi pemerintah sampai data terkini yang dirilis pemerintah menunjukkan bahwa porsi kepemilikan asing tetap bertengger di kisaran 30% (lihat table 5).

Tabel 5: Kepemilikan Asing di Obligasi Pemerintah Indonesia

* Data per 10 Feb 2014
Sumber: Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Republik Indonesia

Referensi
- Istilah "The Fragile Five" pertama kali diperkenalkan dalam Morgan Stanley Global Outlook August 2013.
- Penjelasan rinci mengenai krisis mata uang di emerging markets dapat dilihat di artikel Currency Crises in Emerging Markets yang dirilis oleh Council on Foreign Relations: http://www.cfr.org/emerging-markets/currency-crises-emerging-markets/p31843
- Tabel 1 disusun berdasarkan data yang dihimpun dari tradingeconomics.com dan artikel "Chartbook: look beyond the fragile five" yang dimuat di Financial Times. Artikel ini juga memuat beberapa infografik menarik yang membandingkan kelima negara ini.
- Pembahasan prospek politik The Fragile Five dibahas dalam "Tales from the Emerging World" yang dirilis Morgan Stanley Investment Management tanggal 3 December 2013.
- Pembahasan mengenai prospek politik The Fragile Five juga dapat ditemui dalam laporan Economic and Strategy Viewpoint yang dirilis Schroders tanggal 28 Januari 2014.

Your are currently browsing this site with Internet Explorer 6 (IE6).

Your current web browser must be updated to version 7 of Internet Explorer (IE7) to take advantage of all of template's capabilities.

Why should I upgrade to Internet Explorer 7? Microsoft has redesigned Internet Explorer from the ground up, with better security, new capabilities, and a whole new interface. Many changes resulted from the feedback of millions of users who tested prerelease versions of the new browser. The most compelling reason to upgrade is the improved security. The Internet of today is not the Internet of five years ago. There are dangers that simply didn't exist back in 2001, when Internet Explorer 6 was released to the world. Internet Explorer 7 makes surfing the web fundamentally safer by offering greater protection against viruses, spyware, and other online risks.

Get free downloads for Internet Explorer 7, including recommended updates as they become available. To download Internet Explorer 7 in the language of your choice, please visit the Internet Explorer 7 worldwide page.