Ulasan dan Outlook Investasi Agustus 2013

fsii's picture

Selamat hari raya Idul Fitri 1434 H dari kami di First State Investments Indonesia! Apa saja yang terjadi di pasar modal global dan Indonesia selama bulan Juli dan bagaimana kami di First State Investments Indonesia menyikapinya dalam bentuk strategi portofolio? Berikut kami sampaikan ulasannya.

Ulasan makroekonomi & pasar modal global
Pasar saham global ditutup dengan kinerja yang umumnya positif di bulan Juli.

Ulasan makroekonomi & pasar modal Indonesia
Inflasi di bulan Juli melonjak ke 8,61% yoy atau 3,29% mom Peningkatan harga pangan dan tarif angkutan memicu inflasi yang lebih tinggi, masing-masing menyumbang 1.36% dan 1.50%. Jika dihitung sejak awal tahun (YTD) inflasi telah mencapai 6,75%. Menariknya, inflasi inti meningkat relatif terbatas pada 4,44% yoy (vs. 3,98% yoy di bulan Juni), lebih rendah dari konsensus perkiraan sebesar 4,56% yoy. Hal ini menunjukkan tren yang persisten dalam inflasi tetap utuh, dan mengindikasikan bahwa inflasi kemungkinan akan jatuh kembali ke kisaran 4,5% -5,0% tahun depan setelah dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi dan faktor musiman berkurang.

Sebagai respon atas tekanan inflasi lebih lanjut, Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga sebesar 50 basis poin lagi menjadi 6,50%.

Neraca perdagangan mencetak defisit lebih besar di bulan Juni. Data perdagangan yang dirilis Biro Pusat Statistik menunjukkan bahwa defisit perdagangan melebar menjadi US$ 0, 85 milyar dari US$ 0.53 milyar di bulan Mei, sejalan dengan konsensus di mana ekspor jatuh lebih dalam daripada impor. Ekspor turun 8,6% mom dibandingkan kenaikan sebesar 9,3% di bulai Mei. Sementara itu, impor juga turun 6,4% mom dibandingkan kenaikan 1,2% pada periode yang sama. Secara keseluruhan, defisit perdagangan di kuartal kedua 2013 melonjak menjadi US$ 3 milyar dari hanya sebesar US$ 0.2 milyar pada kuartal sebelumnya.

Penurunan pada ekspor berasal dari sektor migas dan non-migas. Khusus untuk sektor non-migas penurunan didominasi oleh tiga komoditas yaitu batubara, bijih logam dan karet. Masing-masing memberikan kontribusi -2.85%, -1.86%, dan 0.74%. China nampaknya akan memperlambat laju ekspor Indonesia. Hal ini tercermin dari penurunan ekspor ke China sebagai salah satu kontributor terbesar atas kontraksi ekspor non-migas selama Juni selain India. Selain itu, penurunan ekspor ke China ini telah terus-menerus memberikan kontribusi negatif dalam empat bulan terakhir. Untungnya, kontribusi positif dari ekspor berbasis non-komoditas (perangkat listrik, bubur kertas, pakaian, dan berlian) bisa menahan penurunan ekspor lebih dalam, sehingga hanya tercatat turun 2.07% di bulan Juni.

Impor juga turun namun itu pun bersumber dari impor non-migas. Selain itu, sebagian besar penurunan ini disumbangkan oleh barang-barang yang digunakan untuk tujuan investasi. Impor besi baja serta mesin dan alat-alat mekanik berkontribusi terbesar terhadap penurunan impor bulanan masing-masing sebesar 1.8% dan 1.4%, atau dengan kata lain keduanya menyumbang setengah dari kontraksi bulanan impor selama bulan Juni. Secara lebih luas, lesunya impor didominasi oleh penurunan impor bahan baku dan barang modal. Di sisi lain, impor migas tercatat sebaliknya. Meskipun pemerintah telah menaikkan harga BBM bersubsidi, impor minyak mentah tetap tinggi sebagai antisipasi pemerintah bahwa konsumsi bahan bakar musiman akan tinggi karena Lebaran.

Cadangan devisa Indonesia turun ke level terendah dalam 2 tahun di bulan Juli karena Bank Indonesia melakukan intervensi untuk menahan pelemahan Rupiah (yang terdepresiasi sehingga menembus angka psikologis 10.000/USD), menambah tekanan pada bank sentral untuk menaikkan suku bunga. Cadangan turun menjadi $92,67 triyun di bulan Juni dari $98,10 trilyun pada bulan Juni.

Investor asing relatif tidak mengubah porsi kepemilikan obligasi mereka: per akhir Juli kepemilikan mereka tercatat sebesar Rp 285,77 trilyun (31,33% dari total SBN yang diperdagangkan) dibandingkan dengan Rp 282,96 trilyun di akhir bulan Juni (31,85%). HSBC Bond Index turun 3,87% dari 664,258 di akhir Juni menjadi 638,573 di akhir Juli.

Grafik 1: Porsi kepemilikan asing di Surat Berharga Negara yang Diperdagangkan (Rp trilyun)

Sumber: Dirjen Pengelolaan Utang, Depkeu RI

Sedangkan untuk efek pasar uang, SPN 1 tahun diperdagangkan di yield 6,82% dan SPN 3 bulan di 5,55%.

Sentimen di pasar saham masih belum bergairah dan perdagangan berjalan datar. Di bulan Juli IHSG ditutup melemah 4.33% menjadi 4.610.38 sementara LQ 45 turun 3,99% menjadi 771,90.

Sektor infrastruktur merupakan satu-satunya sektor yang membukukan kinerja positif selama bulan Juli.

Tabel 3: Emiten penggerak IHSG selama Juli 2013

Sumber: Bloomberg, per 31 Juli 2013

Grafik 2: Kinerja sektor-sektor IHSG selama Juli 2013

Sumber: Bloomberg, per 31 Juli 2013

Outlook Agustus 2013
Untuk pasar saham kami menilai bahwa sementara kinerja emiten di kuartal kedua tercatat sejalan dengan ekspektasi, masih ada potensi penurunan akibat kenaikan harga BBM yang berimbas pada hasil kinerja emiten di kuartal ketiga, sehingga dapat memicu aksi ambil untung (profit-taking). Kami masih mengambil sikap hati-hari di pasar saham sehingga kami masih mempertahankan tingkat kas di atas normal sambil menanti peluang untuk membeli saham. Untuk beberapa reksa dana saham kami, kehati-hatian kami di pasar saham juga diwujudkan dalam peningkatan kepemilikan kami di saham-saham berkapitalisasi besar. Kami mengurangi kepemilikan kami di saham-saham berkapitalisasi kecil dan hanya memanfaatkan beberapa di antaranya untuk melakukan momentum trading. Dalam melakukan momentum trading, kami mengambil untung saat pasar mengalami rebound dan menyimpannya dalam bentuk kas. Kami akan menggunakan kas ini ini membeli saham-saham berkapitalisasi besar di saat yang kami nilai tepat.

Untuk portofolio pendapatan tetap kami menilai bahwa untuk tahun 2013 potensi imbal hasil di efek pendapatan tetap/obligasi sudah terbatas. Dari segi komponen imbal hasil, perolehan bunga kupon akan lebih mendominasi ketimbang capital gain (perolehan laba akibat apresiasi/kenaikan harga). Kami mempertahankan posisi defensif kami dengan menetapkan durasi portofolio di bawah durasi tolok ukurnya sebagai antisipasi atas lonjakan yield obligasi lanjutan akibat tekanan inflasi. Kami mencari peluang untuk menaikkan durasi portofolio dengan meningkatkan durasi dari kepemilikan obligasi kami.

Your are currently browsing this site with Internet Explorer 6 (IE6).

Your current web browser must be updated to version 7 of Internet Explorer (IE7) to take advantage of all of template's capabilities.

Why should I upgrade to Internet Explorer 7? Microsoft has redesigned Internet Explorer from the ground up, with better security, new capabilities, and a whole new interface. Many changes resulted from the feedback of millions of users who tested prerelease versions of the new browser. The most compelling reason to upgrade is the improved security. The Internet of today is not the Internet of five years ago. There are dangers that simply didn't exist back in 2001, when Internet Explorer 6 was released to the world. Internet Explorer 7 makes surfing the web fundamentally safer by offering greater protection against viruses, spyware, and other online risks.

Get free downloads for Internet Explorer 7, including recommended updates as they become available. To download Internet Explorer 7 in the language of your choice, please visit the Internet Explorer 7 worldwide page.