Ulasan dan Outlook Investasi September 2012

mnwiria's picture

Pertama-tama perkenankan kami di First State Investments Indonesia menyampaikan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1433 H. Mohon maaf lahir dan batin.

Tak terasa dua pertiga tahun telah berlalu dan kita semakin mendekati penghujung tahun 2012. Apa saja yang terjadi di pasar modal global dan Indonesia selama bulan Agustus dan bagaimana kami di First State Investments Indonesia menyikapinya dalam bentuk strategi portofolio? Berikut kami sampaikan ulasannya.

Pasar saham global ditutup beragam bulan ini. Data perumahan dan penjualan ritel AS membaik sehingga mengimbangi kelemahan di data angka pengangguran. Angka penjualan rumah baru tercatat 25,3% lebih tinggi dari setahun lalu sementara angka pengangguran naik menjadi 8,3% dari 8,2%. Bernanke mengindikasikan bahwa Fed siap untuk menyokong ekonomi meskipun beliau tidak menyebutkan metodanya secara spesifik. Pernyataan ini memberi sinyal bahwa penggelontoran likuiditas babak ketiga (QE3) mungkin dilakukan jika ekonomi memburuk. Bulan ini Dow, S&P dan Nasdaq naik masing-masing sebesar 0,63%, 1,98% dan 4,34%. Indeks saham Inggris diperdagangkan 1,35% lebih tinggi meski ditengarai krisis yang masih berlanjut di Eropa. Angka pengangguran di Jerman di bulan Agustus naik untuk bulan kelima berturut-turut sementara indeks keyakinan ekonomi di zona Euro turun ke angka terendahnya dalam 3 tahun. Spanyol menunda mengambil keputusan untuk meminta dana talangan sampai ketentuannya jelas. Pasar-pasar saham besar Asia turun bulan ini menyusul melemahnya data manufaktur di China. Inflasi China juga menurun ke angka terendah dalam 30 bulan. Bursa saham Singapura turun 0,36% dan Hong Kong turun 1,59% di bulan Agustus. Harga minyak mentah Brent melonjak 10,33% menjadi USD 114,57/barrel.

Inflasi bulanan di Agustus tercatat sebesar 0,95% seiring dengan perayaan Idul Fitri sehingga indeks harga konsumer tahunan tercatat naik dari 4,56% di bulan Juli menjadi 4,58%. Inflasi inti tahunan relatif tidak berubah dari 4,28% menjadi 4,16%. Bahan makanan pokok, pakaian dan transportasi mendorong kenaikan inflasi seiring dengan perayaan Idul Fitri.

Rupiah terus melemah ditengarai keprihatinan akan melebarnya deficit neraca perdagangan. Defisit sebesar USD 177 juta di bulan Juli terjadi akibat penurunan ekspor sebesar 7,3% dan kenaikan impor sebesar 0,75%. Defisit ini akan berlanjut seiring dengan perlambatan atas permintaan global yang akan menghantam pendapatan ekspor sementara lonjakan investasi mendorong permintaan atas impor barang. Baik inflasi maupun pelemahan mata uang akan membatasi ruang gerak bank sentral dalam pelonggaran kebijakan moneternya. Dalam pertemuannya di bulan Agustus, dewan gubernur Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan di 5,75% dan diperkirakan mereka akan tetap mempertahankan angka tersebut dalam pertemuan bulan September.

Di akhir bulan Agustus, Rupiah terdepresiasi 0,9% menjadi 9.535/USD.

Investor asing sempat keluar dari pasar Indonesia di bulan lalu namun akhir-akhir ini telah kembali. Di akhir bulan Agustus, mereka menurunkan sedikit kepemilikan mereka di obligasi pemerintah Indonesia dari IDR 234,56 trilyun sebulan sebelumnya menjadi IDR 233,15 trilyun, sehingga mendorong yield obligasi 10 tahun naik dari 5,6% menjadi 6,2%.

Grafik 1: Porsi kepemilikan asing di Surat Berharga Negara yang diperdagangkan

Pasar obligasi lokal Indonesia sebagaimana diukur oleh HSBC Local Bond Index turun 2,6% dari 692 di bulan lalu menjadi 674. Premi risiko sebagaimana diukur dengan credit default swap (CDS) atas Indonesia naik: CDS 10 tahun naik dari 238 menjadi 254 sementara CDS 5 tahun naik dari 169 menjadi 181.

Dari segi yield, obligasi korporasi dengan peringkat AA bertenor 1 tahun umumnya diperdagangkan di kisaran 6,3%, SPN 3 bulan ditawarkan di 4,4%, sementara SPN 1 tahun di 4,6%. Mayoritas bank besar menawarkan deposito berjangka 1 bulan di 6,5%.

Pasar saham Indonesia mengalami koreksi bulan ini setelah didera tekanan jual selama minggu terakhir Agustus. BUMI memicu sentimen negative di pasar menyusul kerugian besar di paruh pertama tahun ini dan salah satu perusahaan terafiliasinya gagal untuk membayar utangnya ke BUMI. Piutang ini telah diperpanjang untuk setahun di mana investor memandangnya sebagai berkurangnya kemungkinan pengurangan utang dan meningkatnya ketidakpastian atas pembayaran utang. IHSG turun 1,98% menjadi 4060,331 dan LQ 45 turun 2,42% menjadi 695,532. Pasar terkoreksi meskipun PDB kuartal kedua tahun ini tercatat sebesar 6,4%, lebih baik dari perkiraan dan di atas angka kuartal pertama sebesar 6,3%. Angka ini ditopang permintaan domestik yang mencakup 98% dari pertumbuhan PDB di kuartal kedua.

Angka rata-rata perdagangan harian turun 28,8% menjadi Rp 3,7 trilyun akibat libur Idul Fitri dan bulan Agustus secara historis memang merupakan bulan yang sepi. Investor asing membukukan penjualan bersih Rp 412 milyar bulan ini. BBRI dan ASII merupakan saham-saham yang paling banyak ditransaksikan di bulan Agustus.

Tabel 3: Emiten penggerak IHSG selama Agustus 2012

Aksi ambil untung di sektor industri dasar menyeret pasar turun di bulan Agustus menyusul kenaikan sebesar 8,2% di bulan sebelumnya. Hanya sektor infrastruktur (telekomunikasi) dan konsumer yang mencatat imbal hasil positif bulan ini. UNVR menduduki posisi puncak saham penggerak pasar seiring dengan posisinya sebagai indikator kuatnya permintaan domestik. EXCL, TOWR dan TLKM juga merupakan saham-saham penggerak pasar karena dianggap sebagai saham-saham yang defensif dalam kondisi pasar yang bergejolak dan sektor mereka juga memiliki valuasi yang murah.

Grafik 2: Kinerja sektor-sektor IHSG selama Juli 2012

Outlook September 2012

Tiga kejadian akan menyita perhatian investor di bulan September, yaitu pertemuan bank sentral Eropa (ECB), pertemuan bank sentral AS (Fed) dan laporan Troika atas Yunani. Ekspektasi atas stimulus dari Fed dan ECB di medio Sep-Des 2012 akan menjadi kunci penentu harga-harga aset, sehingga aliran berita negatif yang tidak diperkirakan akan memicu siklus penghindaran risiko di jangka pendek. Rancangan APBN yang disampaikan oleh Presiden SBY dalam pidato hari kemerdekaannya mengindikasikan bahwa pemerintah tidak berencana menaikkan harga BBM di tahun 2013. Kami berpendapat bahwa pemerintah mengambil pendekatan yang aman dan populis di tengah kondisi makro yang masih tidak menentu dan mungkin untuk meraih kembali popularitas politik. Kami percaya bahwa kekuatan struktur domestik masih ada, namun butuh diperkuat di tengah perubahan situasi global. Di sisi lain kami prihatin bahwa Indonesia mungkin menjadi negara berikutnya di wilayah Asia yang dihadapkan pada tantangan pertumbuhan-campuran akibat pelemahan Rupiah jika situasi masih berlanjut dan mulai berimbas pada konsumsi domestik. Karena itu, menurut hemat kami komposisi portofolio yang berimbang dan defensif merupakan strategi terbaik untuk saat ini.

Untuk portofolio pendapatan tetap saat ini kami mempertahankan posisi underweight relatif terhadap tolok ukur portofolio kami yaitu HSBC Bond Index dengan pertimbangan bahwa untuk tahun 2012 potensi imbal hasil di efek pendapatan tetap/obligasi sudah terbatas. Jika pada tahun 2011 pasar obligasi Indonesia berhasil membukukan imbal hasil sebesar 17%, maka untuk tahun 2012 kami memperkirakan bahwa potensi imbal hasilnya hanya berkisar di 7-8% (setelah dipotong pajak). Dari segi komponen imbal hasil, perolehan bunga kupon akan lebih mendominasi ketimbang capital gain (perolehan laba akibat apresiasi/kenaikan harga). Implementasi strategi portofolio kami lakukan dengan menetapkan durasi portofolio lebih rendah (underweight) daripada durasi tolok ukur dan memanfaatkan setiap momen koreksi di pasar obligasi untuk menaikkan durasi portofolio.

Untuk bulan September, reksa dana pendapatan tetap kami, First State Indonesian Bond Fund, memposisikan portofolionya di durasi 5,4 tahun.

Your are currently browsing this site with Internet Explorer 6 (IE6).

Your current web browser must be updated to version 7 of Internet Explorer (IE7) to take advantage of all of template's capabilities.

Why should I upgrade to Internet Explorer 7? Microsoft has redesigned Internet Explorer from the ground up, with better security, new capabilities, and a whole new interface. Many changes resulted from the feedback of millions of users who tested prerelease versions of the new browser. The most compelling reason to upgrade is the improved security. The Internet of today is not the Internet of five years ago. There are dangers that simply didn't exist back in 2001, when Internet Explorer 6 was released to the world. Internet Explorer 7 makes surfing the web fundamentally safer by offering greater protection against viruses, spyware, and other online risks.

Get free downloads for Internet Explorer 7, including recommended updates as they become available. To download Internet Explorer 7 in the language of your choice, please visit the Internet Explorer 7 worldwide page.